Senin, 30 Januari 2012

Minyak Dunia Melemah di Asia

Headline
INILAH.COM, Singapura - Minyak mentah dunia melemah pada perdagangan Senin (30/1). Investor masih menghawatirkan pasokan minyak dari Iran dan Sudan Selatan.

Minyak AS jenis light sweet turun 58 sen menjadi US$98,98 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara minyak jenis Brent turun 33 sen menjadi US$111,13 per barel di London. Demikian mengutip cnbc.com.

Pasar minyak dunia juga mencermati rencana pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Brussels hari ini. Mereka diharapkan dapat menghasilkan solusi permanen untuk mengatasi krissi utang Uni Eropa. Apalagi saat ini, krisis utang Eropa masih tetap menimbulkan ketidakpastian. Bursa Asia, logam dasar melemah karena ketidakpastian Eropa.

"Perekonomian yang diprediksi memburuk di Eropa sehingga menekan harga minyak," kata Victor Shum, mitra senior pada minyak Purvin & Gertz.

Yunani dan kreditor swasta diharapkan memnemukan kesepakatan debt swap pada pekan ini. Sebab kesepakatan itu sangat penting untuk memastikan bailout baru.

Namun, pembicaraan semakin bermasalah sebagai pemberi pinjaman resmi menuntut reformasi yang tidak populer di negara yang sarat utang. Seperti Yunani harus melakukan kenaikan pajak dan menghemat anggaran dengan mengurangi defisit.

Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal keempat sedikit mengecewakan pasar. Apalagi AS merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. hal ini, juga ikut menekan harga minyak.

Sementara Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melakukan inspeksi di Iran . Hal ini untuk memastikan program nuklirnya yang kontroversial yang telah menarik sanksi keras dari AS dan sekutunya. Delegasi IAEA mulai inspeksi pada hari Minggu kemarin.

Kunjungan IAEA bisa menyulut retorika lebih antara Teheran dan Barat dalam beberapa hari ke depan. Dengan demikian akan menambahkan volatilitas lebih kuat ke pasar minyak.

Iran telah berjanji untuk menghentikan ekspor minyak segera "beberapa" negara, tetapi menunda perdebatan parlemen tentang penghentian diusulkan untuk penjualan minyak mentah ke Uni Eropa, mengirim sinyal yang saling bertentangan dalam sengketa.

Uni Eropa, yang menyumbang seperempat dari penjualan minyak mentah Iran pada kuartal ketiga tahun 2011. Namun mereka akan menerapkan embargo terhadap minyak Iran mulai Juli mendatang. Sementara Amerika Serikat ingin supaya pembeli minyak di Asia juga menghentikan impor dari Iran.

Selain Iran, gangguan pasokan di Afrika juga didukung harga minyak. Sudan Selatan telah benar-benar menutup produksi minyak. Faktor keamanan memaksa Sudan menambah biaya angkutan ekspor. Rencananya produksi akan restart setelah dua pihak mencapai kesepakatan tentang keamanan perbatasan dan wilayah Abyei yang disengketakan.

Eksportir utama Afrika lainnya, Nigeria telah produksi minyak mentah lagi. Setelah Royal Shell Belanda selesai perbaikan pipa minyak yang rusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar