Kamis, 28 April 2011

HRUM siapkan dana Rp 2,58 triliun untuk ekspansi

JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) menyiapkan dana hampir Rp 2,58 triliun untuk mengakuisisi tambang baru. "Target kami tahun ini adalah harus ada transaksi akuisisi," kata Direktur Utama HRUM Ray Antonio Gunara, Rabu (27/4).

Yang menjadi target akuisisi HRUM adalah tambang dengan cadangan batubara berkadar kalori sama dengan tambangnya terkini. "Fokusnya ke batubara dengan kalori medium di atas 5.000," kata Ray.

HRUM juga menetapkan syarat tambang yang akan dibeli haruslah berada di Kalimantan Timur. Maklumlah, perusahaan itu sudah membangun infrastruktur tambang di provinsi itu.

Sumber pendanaan akuisisi adalah pinjaman dari Bank DBS Ltd Singapura senilai US$ 180 juta atau Rp 1,56 triliun (dengan kurs US$ 1=Rp 8.700). HRUM juga menyiapkan kas sendiri senilai Rp 1,03 triliun.

Sumber dana internal lain yang menjadi andalan HRUM adalah uang hasil penjualan saham perdana. Dari total perolehan initial public offering (IPO) HRUM sudah mengalokasikan US$ 30 juta untuk belanja modal. Anggaran itu disiapkan untuk membiayai perluasan jalan angkut batubara, pembangunan dan penambahan unit mesin baru baru, eksplorasi serta pembangunan port baru.

Ray masih enggan menyebutkan besar tambang yang menjadi incaran. "Bisa saja memiliki cadangan 20 juta ton hingga 50 juta ton," tambah dia.

Cadangan batubara HRUM terkini 112,6 juta ton. Itu berasal dari konsesi yang dipegang ketiga anak perusahaannya, yaitu PT Mahakam Sumber Jaya, PT Santan Batubara serta
PT Tambang Batubara Harum.

HRUM menargetkan produksi tahun ini 10,4 juta ton, naik dibandingkan volume tahun lalu, 7,4 juta ton. Peningkatan produksi diharapkan datang dari Tambang Batubara Harum. "Produksi dari TBH tahun ini sekitar 500.000 ton," jelas Ray.

Mayoritas hasil produksi dijual HRUM ke luar negeri. China merupakan pembeli terbesar, dengan porsi 26% dari total penjualan ekspor HRUM. Berikutnya, Taiwan (24%) dan Korea Selatan (22%).

Bagi dividen

Kendati membutuhkan dana untuk ekspansi, HRUM tetap membagikan dividen tunai sebesar Rp 659,10 miliar. Jumlah ini setara dengan 80% dari laba bersih HRUM untuk 2010 yang mencapai Rp 823,9 miliar.

"Kami bagikan dividen Rp 244 per saham," tutur Ray. Sisa keuntungan di 2010 sebesar Rp 154,9 miliar dialokasi untuk menambah saldo laba atau retained earnings serta mendukung pengembangan usaha.

Iwan Cahyo, Analis First state Futures, menilai, wajar jika HRUM membagi dividen sampai 80% dari laba bersihnya. Ia memahami jika HRUM harus berutang untuk membiayai ekspansi, mengingat prospek batubara masih cerah. "Permintaan batubara dari luar negeri, terutama China, masih tinggi," kata dia. Itu sebabnya, Iwan menilai saham HRUM masih layak dikoleksi.

Herry Setyawan dari Indosukses Futures menambahkan, rencana akuisisi tambang baru akan berimbas positif terhadap kinerja HRUM. Sebab menurut Herry, akuisisi memungkinkan HRUM meningkatkan produksi. "Peningkatan pengeluaran hanya akan terjadi dalam jangka pendek saja," kata dia.

Herry memprediksi, harga batubara di pasar global masih berpeluang naik karena nilai tukar dollar AS sedang dalam tren pelemahan. Untuk mengatasi utang sekaligus membiayai ekspansi, Herry menilai HRUM harus bisa meningkatkan produksi di tambang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar