Selasa, 25 Oktober 2011

Krisis Eropa dan Dampaknya ke Bursa Domestik

INILAH.COM, Jakarta – Para pertinggi Eropa belum juga menelurkan solusi konkritnya. Namun, analis pasar modal sudah sibuk mereka-reka dampaknya terhadap bursa saham domestik. Seperti apa?

Helmi Therik, analis dari AAA Securities mengatakan, pasar optimistis akan ada keputusan krusial mengenai Eropa pada Rabu (26/10) besok. Masalah Eropa ini dinilai sangat pelik, karena pembicaraan Uni Eropa akhir pekan kemarin sifatnya masih pencegahan perluasan krisis. Sementara solusi pemulihan krisis masih panjang.

Ini berarti masih ada ancaman penurunan kualitas kredit dan kecukupan modal perbankan Eropa. Selain perlambatan ekonomi, karena negara-negara di Eropa terpaksa harus melakukan pengetatan fiskal yang berdampak pada minimnya stimulus fiskal.

Saat ini, pasar tinggal menunggu keputusan konkrit kesepakatan Uni Eropa dalam penyelesaian krisis, termasuk keputusan penggunaan dana darurat ESFS (European Stability Finacial Fund).

Namun, sentimen pasar terangkat karena premi risiko mulai berangsur turun, terlihat pada yield spread di pasar obligasi yang menyempit dan CDS yang turun. Sementara di pasar saham, PER juga berangsur turun. “Meskipun sebenarnya PER turun lebih karena ekspektasi pertumbuhan laba bersih/EPS emiten yang naik karena masih ada pertumbuhan earning di kuartal tiga 2011,” ujarnya.

IHSG sendiri sudah mengalami penurunan PER cukup tajam dan kini berada di kisaran 10 kali. Premi risiko berangsur turun, tapi masih relatif tinggi, sehingga dengan PER 10 kali, sebenarnya diskon pasar masih relatif besar. “Jika faktor premi resiko dihilangkan, IHSG berpotensi ke 4.300,”paparnya.

Pada perdagangan Senin (24/10) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 86,118 poin (2,37%) ke level 3.706,782, dengan intraday tertinggi di 3.716,64 dan terendah di 3.621,12.

Hendri Effendi, analis dari Citi Pacific memperkirakan, IHSG hari ini masih akan konsolidasi dengan pergerakan di kisaran 3.662-3.730. Sentimen global masih mendominasi indeks, seperti pembicaraan krisis utang Eropa, lapoaran keuangan emiten AS dan data ekonomi AS. “Arah indeks ke depan akan ditentukan hari ini. Kalau resisten tembus, maka IHSG bisa terus menguat,”ujarnya.

Sementara Yuganur Wijanarko dari HD Capital mengatakan, IHSG sulit reverse bear trend ke level 2500. Kendati situasi regional saat ini sedang naik, namun momentum sulit dipertahankan karena krisis AS dan Eropa belum ada solusi permanen, “Sehingga IHSG rentan koreksi dalam dua bulan mendatang,” ujarnya.

Ia menilai, pertumbuhan ekonomi global masih tren turun, dengan potensi downgrade ke depan. Ini akan menurunkan minat di aset berisiko emergnig market. Sedangkan Indonesia, walaupun ditopang oleh ekonomi domestik, namun tidak imun terhadap kondisi global yang menurun.

Perlu diperhatikan bahwa perbankan Eropa yang potensi kesulitan likuiditas akiba krisis menjadi kontributor funding utama (70%) untuk emerging market, terutama Indonesia. “Capital outflow pun dapat terjadi dengan mudah di Indonesi karena sistem bebas, “katanya.

Adapun kenaikan fantastis di IHSG kemarin dinilai rentan profit taking, “Apalagi kondisi global masih volatile terhadap perkembangan berita krisis Amerika dan Eropa yang burubah setiap harinya.” [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar