Jumat, 25 November 2011

IHSG: Konsentrasi di Saham Bank & Properti

INILAH.COM, Jakarta - IHSG Jumat (24/11) diperkirakan mengalami koreksi terbatas. Investor disarankan konsentrasi pada saham-saham yang berorientasi pasar domestik seperti perbankan dan properti.

Pengamat saham Erdhika Sekuritas Moh Reza memprediksikan, perkembangan Eropa yang tak kunjung membaik membuat investor menuntut imbal hasil tinggi atas surat-surat utang yang ditawarkan pemerintah di kawasan. Bahkan yang dikeluarkan oleh Jerman sekalipun.

Hal ini membuat cost of fund di kawasan Eropa meningkat. "Sehingga tidak kompetitif di tengah upaya mengejar pertumbuhan ekonomi saat defisit fiskal yang tinggi," ujarnya kepada INILAH.COM.

Persepsi risiko yang meningkat di Eropa, dinilai Reza agak mempengaruhi pasar surat utang di negara emerging market, termasuk Indonesia. Padahal situasi di Indonesia beda. Yakni rasio utang terhadap PDB relatif kecil, suku bunga turun dan inflasi rendah. "Aliran dana ke emerging market masih terjadi meski mulai selektif. Terlihat di pasar belum ada net buying asing besar-besaran," lanjutnya.

Reza menyatakan, patut diwaspadai strategi investor asing saat ini yaitu melakukan pembelian secara akumulasi. Setiap koreksi indeks akan dimanfaatkan untuk masuk namun tidak dalam volume tinggi.

Valuasi saham yang dipersepsi mahal dengan price earning ratio (PER) di kisaran 13-14 kali, sebenarnya sudah berangsur turun dengan proyeksi pertumbuhan earning yang terus meningkat. Di sisi lain, koreksi harga saham juga terus terjadi.

Namun strategi asing yang membeli secara selektif dengan volume kecil, berarti diskon harga saham masih berlanjut. "Artinya koreksi IHSG masih berlanjut. Tapi akan terbatas, tidak di bawah 3.500," katanya.

Investor disarankan Reza untuk tetap fokus pada sektor-sektor yang orientasinya pasar domestik, seperti perbankan dan properti. "Beli saham-saham berikut ini," imbuhnya. Saham perbankan seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI), dinilainya sangat aman karena basis dan portofolionya di Indonesia.

BBRI dan BMRI juga dipilih karena cost of fundnya tinggi, yakni bunga dana pihak ketiga untuk deposito, giro dan tabungan. Maka peluang mengejar pertumbuhan kredit jauh lebih besar guna meningkatkan profit margin. Selain itu, kedua saham ini valuasinya masih relatif murah dibanding valuasi sektoral perbankan. Sebab, pertumbuhan earning dan kapitalisasi pasarnya besar.

Untuk sektor properti, Reza merekomendasikan emiten dengan landbank yang besar. "Beli saham Bumi Serpong Damai (BSDE)," pungkasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar