Senin, 05 Desember 2011

Investor 'Switching' Second Liner ke Bluechips

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG sepekan ke depan, diprediksi fluktuatif mengikuti laju bursa eksternal. Di sisi lain, investor juga mulai beralih (switching) dari second liner ke bluechip.

Pada perdagangan Jumat (2/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah tipis 1,26 poin (0,03%) ke level 3.779,836. Harga intraday tertingginya mencapai 3.781,468 dan terendah 3.757,451. Begitu juga dengan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 0,41 poin (0,06%) ke level 669,501.

Analis dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono memprediksi, IHSG bakal fluktuatif dalam sepekan ke depan. “Support IHSG di level 3.635 dan resistance 3.857,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Aji menilai perdagangan Jumat (2/12) sangat menjemukan, karena faktor akhir pekan di mana orang cenderung profit taking dan sebagian wait and see. Tapi, menurutnya, saham-saham di sektor pertambangan yang diwakili oleh PT Harum Energy (HRUM) dan PT Bukit Asam (PTBA) memberikan bargaining untuk penguatan.

Kondisi itu, lanjutnya, dibantu oleh saham besar PT Gudang Garam (GGRM) PT HM Sampoerna (HMSP), PT United Tractor (UNTR) dan PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP). Tipisnya pelemahan indeks akhir pekan lalu, juga karena penguatan indeks mover nomor 2 yakni PT Telkom (TLKM) walaupun hanya naik 1 poin (Rp50). “Karena itu, indeks hanya melemah tipis 1,26 poin,” timpalnya.

Sementara itu, menurutnya, fluktuasi indeks pekan ini dipicu oleh posisinya yang sudah memasuki awal Desember. “Bargaining akan terjadi pada saham-saham bluechip yang berfundamental kuat. Jadi, perburuan saham akan terjadi pada saham berkapitalisasi besar,” ujarnya.

Di antaranya adalah HMSP, PT Astra Internasional (ASII), UNTR, dan PT Unilever Indonesia (UNVR) sebagai pelarian dari saham-saham second liner yang dilanda profit taking. Menurutnya, investor beralih ke saham big cap yang jauh lebih aman.

Seperti pekan lalu, lanjut Aji, kecenderungan laju indeks pekan ini akan mengikuti laju market (follow the market) di bursa global. “Awal pekan, terjadi bargaining position di bursa Eropa sehingga IHSG pun ijo royo-royo. Begitu juga sebaliknya. Karena itu, pola trading jangka pendek masih dilakukan oleh investor global,” papar Aji.

Secara internal, Aji menegaskan, fundamental ekonomi Indonesia cukup bagus. Hanya saja, indeks domestik terkena getah eksternal sehingga turut menerapkan pola trading jangka pendek. “Jadi, follow global market tetap menjadi acuan bagi sebagian besar investor di pekan ini,” ujarnya.

Dia menjelaskan, karena positifnya faktor internal itulah, investor tidak sepenuhnya buang saham melainkan switching (beralih) ke saham bluechip. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi laporan keuangan emiten akhir 2011 dan berpeluang memberikan dividend yield pada 2012. “Tapi, saham-saham bluechip juga tetap dibayangi oleh aksi dari trader jangka pendek,” kata Aji menegaskan.

Di atas semua itu, Aji merekomendasikan positif saham-saham di sektor pertambangan batu bara, infrastruktur, dan perbankan.

Menurutnya, sektor pertambangan masih menarik seperti PT Bumi Resources (BUMI). Sebab, di level Rp2.100-2.075 merupakan posisi akumulasi beli. Begitu juga dengan PT Adaro Energy (ADRO) yang potential upside ke level Rp2.000; dan saham second liner-nya, PT Borneo Lumbung Energi (BORN) karena rentang Rp790-840 juga merupakan harga akumulasi beli.

Di sektor infrastruktur, Aji merekomendasikan buy saham PT Jasa Marga (JSMR), yang memungkinkan menguat ke Rp4.000; Begitu juga dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) yang menarik untuk buy on support di level Rp3.050 dengan target resistance Rp3.425.

Di sektor perbankan, saham PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Negara Indoensia (BBNI), harganya masih di level middle sehingga potensi menguat dalam sepekan ke depan dan jadi penopang pergerakan IHSG. “BMRI bisa mengarah ke Rp7.200; BBRI Rp7.000 dan BBNI Rp4.200. Akumulsi beli untuk saham-saham perbankan,” imbuh Aji Martono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar