Senin, 16 Januari 2012

GDP China dan Inflasi India Siap Benamkan Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (16/1) diprediksi melemah. Laporan keuangan JP Morgan, GDP China dan inflasi India jadi pemicunya.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi pelemahan rupiah awal pekan ini salah satu dipicu oleh rilis kinerja keuangan emiten di AS terutama JP Morgan akhir pekan lalu. Pasar sebelumnya, menurut Christian sudah pesimistis dengan penurunan laba dari JP Morgan sekitar 20% dari sebelumnya.

Penurunan tersebut, kata Christian, dipicu oleh situasi krisis utang di Eropa yang menyulitkan sektor perbankan. Secara keseluruhan, senitmen ini menjadi risiko penurunan bursa saham regional. "Karena itu, rupiah cenderung melemah dan sepanjang perdagangan akan bergerak dalam kisaran 9.145-9.235 per dolar AS," katanya INILAH.COM.

Christian menegaskan, tidak tertutup kemungkinan rupiah akan mencetak rekor terlemah di level 9.230. "Jika tembus level ini, rupiah akan menguji resistance selanjutnya yang merupakan level tertinggi September 2011 di level 9.300 per dolar AS,” ujarnya.

Lalu, pasar juga mengantisipasi negatif data yang akan dirilis besok. Pada Selasa (17/3), pasar menunggu laporan Gross Domestic Product (GDP) China pada kuartal keempat 2011 yang sudah diperkirakan kembali turun ke level 8,7% dari sebelumnya 9,1%. "Jika sesuai dengan ekspektasi, menunjukkan bahwa memang pertumbuhan ekonomi China menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun terakhir," timpalnya.

Kondisi China, lanjut Christian, sejalan dengan headline inflation India yang sudah diperkirakan jatuh ke level 7,5%. "Penurunan inflasi, juga menandakan perlambatan ekonomi," ucap Christian.

Tapi, lanjut Christian, perlambatan China dan India diperkirakan lebih bersifat temporer hingga akhir kuatal I-2012. "Jadi, selama kuartal I ini, rupiah cenderung melemah," tuturnya.

Sementara itu, dari dalam negeri, pelaku pasar kecewa pacapenetapan BI rate yang stagnan di level 6% pekan lalu. "Kondisi itu jadi katalis negtif bagi rupah," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Jumat (13/1) ditutup melemah 10 poin (0,10%) ke level 9.175/9.185 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar