Senin, 16 Januari 2012

Kabar buruk belum tiba

JAKARTA. Bursa Asia terus menguat selama empat minggu terakhir, sebuah rekor kenaikan terlama dalam setahun. Indeks MSCI Asia Pasifik menguat 2,2% ke level 116.89 dalam sepekan lalu. Penguatan ini merupakan yang tertinggi sejak 8 Desember.

Bursa Asia diliputi optimisme setelah suku bunga dua tahunan Spanyol turun ke titik terendah sejak Maret. Maklum, Spanyol berhasil menjual obligasi senilai 9,98 miliar euro, atau dua kali lipat dari nilai target.

Suku bunga dua tahunan Italia juga turun ke level terendah sejak September 2011. "Sekali kekhawatiran terhadap utang Eropa agak berkurang, setidaknya dalam jangka pendek, kita akan melihat performa yang baik dari bursa Asia," kata Diane Lin, Fund Manager dari Pengana Capital di Sydney kepada Bloomberg. Menurut Diane, pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa bisa dibilang telah menstabilkan seluruh situasi.

Tidak mau ketinggalan, Shanghai Composite Index (SSEC) mencatat kenaikan 3,8% minggu lalu. SSEC sempat merosot dalam sembilan minggu. Penurunan inflasi China lima bulan berturut-turut, hingga Desember, menyuntikkan sentimen positif. Indeks Hang Seng di Hong Kong juga menguat 3,3%.

Namun menurut Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, kinclongnya performa bursa Asia pekan lalu karena berharap dan merespon kondisi Amerika Serikat, terutama rilis laporan keuangan atau data pengangguran yang berkurang.

Masalahnya, ini juga menunjukkan investor belum bersiap menghadapi berita buruk yang keluar setelah penutupan bursa Amerika, Jumat (13/1) lalu. S&P mengumumkan memangkas peringkat utang 9 negara Eropa.

Menurut Satrio, selain bursa Shanghai yang sempet turun, indeks lain seperti Nikkei, Hangseng, dan Kospi nampaknya belum mengantisipasi berita downgrade yang sebenarnya sudah terdengar sejak pertengahan pekan lalu.

"Mungkin pasar Asia akan sedikit tertekan, tapi seberapa besar dampak hantamannya terhadap bursa Asia baru terlihat Senin," tukas Satrio. Meski begitu, ia menyarankan investor tidak pesimis. Jangan lantas mengartikan berita negatif selalu sebagai indikasi indeks pasti turun. "Bisa jadi setelah ini, pelaku pasar berpikiran tak ada lagi berita jelek. Malah waktunya untuk belanja lagi," papar Satrio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar