Senin, 16 Januari 2012

Siasat emiten menangkal koreksi harga CPO

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada tahun ini berpotensi melorot ketimbang tahun lalu. Krisis Eropa diyakini turut menekan daya beli masyarakat dunia pada 2012.

"Daya beli adalah variabel yang kuat dalam pembentukan harga,” kata Joseph Pangaribuan, analis Samuel Sekuritas Indonesia, Jumat (13/1).

Analis Danareksa Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha, memprediksi harga rata-rata CPO di tahun ini menurun berkisar US$ 950-US$ 1.000 per ton. Sedang analis Mandiri Sekuritas, Hariyanto Wijaya, dan analis Indo Premier Securities, Lianawati Budiono, menilai harga CPO tahun ini relatif flat. Kedua analis itu memproyeksikan harga rata-rata CPO pada 2012 berkisar US$ 1.100 per ton. Harga rata-rata CPO sepanjang 2011 di Bursa Malaysia adalah
US$ 1.042,65 per ton.

Namun, Analis AAA Securities Willy Gunawan punya pendapat berbeda. Menurut dia, kondisi ekonomi Eropa tidak banyak mempengaruhi harga CPO. “Konsumen terbesar CPO Indonesia adalah China dan India,” kata Willy.

Kekeringan di Amerika Serikat (AS) juga akan menekan produksi kedelai, yang merupakan komoditas subtitusi CPO. Willy pun memprediksi harga rata-rata CPO di tahun ini bisa menyentuh US$ 1.160 per ton, tumbuh 15% dari harga rata-rata 2011.

Emiten yang paling terpengaruh dengan proyeksi penurunan harga CPO adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Alasannya, AALI tak bisa menggenjot volume produksi. Sekitar 52% dari seluruh pohon sawit AALI berusia di atas 15 tahun. Semakin tua usia tanaman, semakin rendah pula produktivitasnya.

Kini, rata-rata produksi CPO AALI hanya 3,7 ton per ha. Jumlah itu jauh di bawah rata-rata produksi emiten sawit yang lain, 4,5 ton per ha.

Pihak ketiga

Untuk tetap bertumbuh, menurut Joseph, AALI banyak bergantung pada pembelian tandan buah segar (TBS) melalui pihak ketiga. Meski penjualan bisa naik, “Pertumbuhan AALI tipis, karena harga tahun ini flat,” kata Joseph.

Nasib AALI tampaknya tidak akan dialami PT BW Plantation Tbk (BWPT). “Meski harga CPO cenderung flat, pertumbuhan BWPT akan tetap bagus di tahun ini karena produksi meningkat siginifikan, mengikuti penambahan area kebun yang menghasilkan,” kata Lianawati.

Penambahan lahan menghasilkan BWPT di tahun ini seluas 8.000 hektare (ha), tumbuh 100% dari tambahan lahan menghasilkan di 2011 yang seluas 4.000 ha. Dengan tambahan lahan baru tersebut, total lahan menghasilkan milik BWPT selama 2012 menjadi 27.000 ha. Dia menghitung produksi CPO BWPT pada 2012 mencapai 137.000 ton, naik 36% dari estimasi produksi periode yang sama tahun sebelumnya.

Produksi TBS PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) diperkirakan naik dengan tingkat compound annual growth rate (CAGR) sebesar 11% dari 2011 hingga 2013. Gabriella memproyeksikan produksi TBS SGRO pada 2011 hingga 2013 meningkat dari 357.000 ton menjadi 413.000 ton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar