Selasa, 10 Januari 2012

IHSG: Decoupling Versus Recoupling

INILAH.COM, Jakarta Pergerakan IHSG 2012 sangat tergantung pada pertempuran recoupling dengan decoupling economy. Mana yang paling paling berkuasa?

Pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan, preview untuk pasar keuangan di pasar modal 2012, masih (akan) terpaut dengan apa yang telah terjadi pada 2011. Menurutnya, laju bursa saham, juga masih terkait dengan kesiapan pemerintah (baik global maupun Indonesia) dalam menangani apa yang terjadi di tahun ini, khususnya tentang perekonomian global.

David menegaskan, tantangan terbesar bagi ekonomi dan bursa Asia, khususnya Indonesia adalah recoupling. Situasi di mana ekonomi terkena imbas baik langsung maupun tidak langsung oleh gonjang-ganjing pasar global khususnya Eropa, katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (9/1).

Menurutnya, beberapa tahun terakhir terjadi decoupling(pemisahan) antara ekonomi (pasar) Asia dengan ekonomi (pasar) Eropa dan Amerika. Ekonomi Asia tidak terlalu mengekor dan terkait kepada pergerakan Eropa dan Amerika, melainkan mempunyai lokomotif dan mesin pada China dan Jepang, ujarnya.

Sedangkan tantangan untuk 2012 bagi Asia dan Indonesia adalah apakah ekonomi dapat tetap bertahan dengan decouplingatau kembali mengekor global (recoupling) kembali.Tema 2012adalah DEcoupling vs REcoupling Economy, timpalnya.

Jelas, kata David, bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat akibat risiko default Eropa dan kelesuan ekonomi Amerika. Kondisi itu, diperparah oleh kemungkinan (ekonomi) China hard landing, dan Ongkos bencana alam 2011 yaitu sebesar US$350 miliar.Issue China hard landing menjadi pembicaraan tersendiri, khususnya di Asia, di samping krisis Eropa, papar David.

Indikator China hard landing bisa dilacak pada 3 posisi yakni (1) ekspornya, (2) pertumbuhan ekonominya, dan (3) property crashyang ditandai dengan munculnya kota-kota hantu'. Infrastruktur dan properti dibangun, tapi masyarakat tidak memiliki daya beli yang cukup untuk meng-absorb suppy tersebut, tandasnya.

Namun, kata dia, China diharapkan hanya akan soft landingsaja dari pertumbuhan ekonomi9,2% pada 2011 ke 8,6%pada 2012.Risiko yang lebih besar dari hard landing China adalah krisis hutang Eropa yang menjalar ke negara-negara Uni Eropa, tuturnya.

Untuk saat ini,David menegaskan, calculated riskyang ada di pasar keuangan hanyalah 2 (dua) issue ini sajayakni (krisis) Eropa & (potensi hard landing ekonomi) China.

Sementara itu, menurutnya, calculated risk untuk Indonesia: (1) risiko moneter yakni naiknya inflasi dan suku bunga,(2) risiko fiskal yakni pemotongan subsidi, kenaikan harga minyak,(3) lambatnya pengembangan infrastruktur (long term issue),(4) current account balance deficit,dan (5) political risk.

Menurutnya, political risk,tidak akan terlalu berisiko dengan tensi yang tinggi. Sebab,masih 2 tahun 9 bulan lagiuntuk menuju Pemilu 2014. Jadi, political risk yang terjadi di 2012 masih sama seperti yang di 2011, hanyalah gesekan-gesekan politik biasa, konflik minor dan normal disagreement, ucap David.

Di sisi lain, generator ekonomi Indonesia yang pertamaadalah energi dan komoditas. Dua komponen ini masih underpriceddan relatif tidak menyumbang banyak terhadap pertumbuhan beberapa tahun terakhir ini, khususnya sejak krisis 2008. Padahal, generator pertama ini telah bekerja keras selama 5 tahun dari 2003 untuk memberikan keuntungan IHSG sebesar 50% per tahunnya, urainya.

Meski begitu, kata David, beruntunglah Indonesia masih memiliki generator keduayang dapat diandalkan kekuatannya. Kekuatan dari generator kedua ini jarang dimiliki negara lain, khususnya saat ini.

Kekuatan tersebut adalah kekuatan domestik pada sektor otomotif, konsumsi, dan properti. Kekuatan ini juga di-trigger dengan ekspektasi inflasi dan suku bunga yang relatif masih rendah. Walaupun proyeksinya lebih tinggi dari tahun lalu, serta well-perfomed-nya ekonomi makro Indonesia dan pertumbuhan earning para emiten, kata David.

Ekonomi Indonesia, ucap dia, juga masih menjadi unggulan di kawasan Asia. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diekspektasikan sekitar 6,7%pada 2012, BI rate masih bisa turun di kuartal 1 ke 5,5%.Inflasi di sekitar 4,7%, walaupun ada kemunngkinan di 2012 lebih tinggi dari 2011 karena naiknya harga minyak dan dikurangiatau dicabutnya subsidi BBM, imbuh David.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar