Selasa, 31 Januari 2012

IMF: Asia tak Berisiko 'Hot Money'

Medium
INILAH.COM, Jakarta - Asia tidak menghadapi risiko arus masuk hot money (uang panas) disebabkan regional di posisi terbaik untuk menangani masuknya modal dibanding masa lalu.

Hal ini disampaikan Anoop Singh, Direktur IMF untuk Asia & Pasifik seperti dikutip CNBC. "Asia memiliki pengalaman yang berurusan dengan arus (arus masuk uang panas). Asia sedang membangun kerangka sehingga ketika uang kembali, itu akan masuk ke daerah-daerah yang yang membutuhkan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka menengah, dan jauh dari spekulasi uang panas," katanya kepada CNBC, Selasa (31/1).

Singh menanggapi keprihatinan terhadap spekulatif modal, atau disebut hot money, membanjiri Asia akibat hasil dari langkah-langkah likuiditas baru-baru ini yang diumumkan di Barat. Empat minggu pertama tahun ini telah melihat peningkatan investasi ke dalam pasar-pasar baru, di mana minggu lalu yang merekam suntikan modal tertinggi dan pinjaman obligasi sejak April, di sekitar US$4,4 miliar.

Kelebihan likuiditas Bank Sentral telah menyalahkan aliran dana masuk spekulatif ke Asia yang terjadi pada 2009-2010, beberapa di antaranya ditarik pada tahun 2011, memberikan kontribusi bagi kemerosotan di pasar saham.

Singh percaya pihak berwenang di Asia telah belajar dari pengalaman itu, dan akan menyalurkan dana arus masuk ke daerah-daerah untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, menghindari ketidakstabilan pasar potensial. "Di banyak negara Asia, lebih banyak investasi diperlukan, lebih banyak investasi infrastruktur yang diperlukan. Ketika modal kembali ke Asia, saya pikir Anda akan menemukan bahwa Asia telah membangun kapasitas untuk menangani lebih kuat arus masuk modal yang menjadi tujuan mereka," katanya.

Berbicara tentang kondisi-kondisi ekonomi yang lebih luas di Asia, Singh mengatakan daerah sebagai keseluruhan akan tetap ulet tahun ini meskipun ada risiko eksternal yang besar, terutama krisis utang zona euro. Sementara perlambatan ekspor akan terjadi akibat gejolak ekonomi di Eropa, wilayah ekonomi negara berkembang akan terus tetap memimpin pertumbuhan tahun ini.

"Investasi di Asia dan konsumsi akan terjaga. Itu berarti bahwa pertumbuhan masih relatif kuat," katanya.

Ia mencatat penarikan dana baru-baru ini oleh bank-bank Eropa akibat dari krisis utang dan persyaratan modal baru tidak lagi mengkhawatirkan, akibat Bank di Asia dan non-Eropa yang melangkah untuk mengisi kesenjangan pendanaan.

Membahas prospek China, dia percaya Beijing akan dapat mengeksekusi soft landing untuk ekonomi terbesar Asia dan mencapai pertumbuhan di atas 8 persen pada tahun 2012. "Kami tidak melihat sedikit pun hard landing. Lami perkirakan pertumbuhan China akan tetap baik tepat di atas 8 persen, tahun ini dan tahun depan. Kami melihat inflasi di hCina telah berisiko turun. Kami melihat risiko properti yang sedang dibahas," kata Singh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar