Kamis, 23 Februari 2012

AS dan Eropa Masih Krisis, Rupiah dan IHSG Terpuruk

Jakarta - Likuiditas pasar modal dunia, termasuk Indonesia akan terus mengering hingga akhir semester I-2012, karena krisis finansial di Eropa dan AS. Nilai rupiah dan IHSG terus terpuruk.

Menurut Ekonom Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, investor cenderung melarikan dananya ke instrumen yang aman (safe haven). Investor tidak mau mengambil risiko dalam jangka pendek karena khawatir investasinya akan jeblok. Untuk itu, korporasi diprediksi akan mengerem pendanaan dari pasar modal hingga Juni 2012.

Fauzi mengatakan pendanaan dalam bentuk penerbitan saham perdana (IPO) atau penerbitan saham baru (rights issue) akan ramai di semester II-2012.

"Walaupun fundamental ekonomi Asia lebih baik, krisis AS dan Eropa berdampak buruk bagi pasar finansial Asia termasuk Indonesia. Akibat pelarian modal global ke aset safe haven, rupiah, dan IHSG terpuruk," kata Fauzi di Kampus FEUI, Depok, Kamis (23/2/2012).

"Kebutuhan masuk ke pasar saham belum, dalam jangka pendek. Apalagi saham masih rentan. Kebutuhan korporasi masih bisa diundur," tambahnya.

Ia menambahkan, likuiditas kembali deras masuk ke Indonesia di paruh kedua tahun ini. Investor global masih menantikan realisasi penyelamatan krisis Yunani di Maret 2012.

"Semester II-lah. Saat yang dijanjikan pemerintah Yunani terlaksana seperti persyaratan ECB, Uni Eropa dan IMF. Dimana investor mulai kembali berinvestasi di emerging market. Ini karena investor asing akan kembali ke bursa saham. Asing biasanya bersifat jangka panjang dan lebih bersifat strategis," paparnya.

Secara makro, ekonomi Indonesia tetap seksi di mata investor global, terlebih dengan rating 'investment grade' yang baru di dapat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi domestik 2012 berada di kisaran 5,8%. Meski lebih rendah dari pencapaian tahun lalu, angka ini jauh lebih baik dari negara-negara lain di kawasan.

(wep/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar