Kamis, 23 Februari 2012

Cermati Peluang di Tengah Koreksi IHSG

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pelemahan yang dialami IHSG dapat berlanjut hingga penutupan. Namun, ada peluang menarik pada beberapa emiten.

Pada perdagangan Kamis (23/2) sesi pertama, IHSG turun 22,726 poin (0,57%) ke level 3.972,298. Demikian pula indeks saham unggulan LQ 45 yang melemah 5,535 poin (0,80%) ke level 688,447.

Perdagangan di Bursa efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 2,215 miliar lembar saham senilai Rp 1,766 triliun dan frekuensi 60.937 kali. Sebanyak 56 saham naik, sisanya 149 saham turun, dan 80 saham stagnan.

Asing mencatatkan aksi jual bersih (net foreign sell) siang ini sebesar Rp3 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp676 miliar dan transaksi beli mencapai rp673 miliar.

Hampir semua sektor melemah, kecuali sektor properti. Adapun sektor aneka industri memimpin penurunan sebesar 1,35. Disusul sektor infrastruktur, manufaktur dan konsumer 0,8%, serta finansial sebesar 0,7%.

Viviet S Putri, Equity Analyst BNI Securities mengatakan, IHSG hingga sore nanti tetap fluktuatif dan berpotensi melanjutkan koreksi. Pelaku pasar cenderung sell on news, terkait rilis kinerja keuangan 2011 dari saham sektor perbankan. “IHSG hingga penutupan akan bergerak pada kisaran 3.970-4.010,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Pelemahan IHSG didukung koreksi bursa Asia, merespon turunnya bursa global. Meskipun data existing home sales pada Januari naik 4,3% mom, angka ini jauh di atas perkiraan sebesar 1,1% dan di bawah periode sebelummya sebesar 5%.

Hal yang sama juga terjadi pada Bursa Eropa yang sebagian besar mengalami koreksi cukup dalam akibat data service and manufacturing di beberapa negara zona Eropa mengalami penurunan pada Februari 2012. Juga adanya keraguan investor terhadap kemungkinan penyalahgunaan penggunaan bantuan yang diterima oleh Yunani.

Aksi ambil untung juga membuat pergerakan harga logam seperti nikel dan timah mengalami koreksi. Begitu juga dengan harga minyak yang turun tipissetelah adanya data yang menunjukan kenaikan cadangan minyak di Amerika Serikat.

Sementara rencana pemerintah RI merevisi anggaran 2012, terkait tingginya harga minyak mentah, yang berujung pada rencana menaikkan harga BBM pada April 2012. Hal ini diperkirakandapat memberikan sentimen negatif kebeberapa sektor terutama semen, manfuktur dan transportasi.

Di tengah situasi ini, Viviet merekomendasikan saham Astra International (ASII), Jaya Agra Wattie (JAWA), Intraco Penta (INTA) dan Berau Coal Energy (BRAU), ”Masih ada peluang menarik pada emiten-emiten ini,”ujarnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar