Kamis, 23 Februari 2012

Saham Mineral Mulai Menawan

INILAH.COM, Jakarta - Harga logam mulia mengalami penguatan, seiring meroketnya harga minyak. Tidak hanya itu, langkah pemerintah China yang menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) bank, juga diyakini akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu sehingga berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap mineral.

Sentimen positif lainnya datang dari Eropa, setelah Menteri Keuangan Uni Eropa sepakat memberikan bantuan 130 miliar euro kepada Yunani. Inilah yang membuat daya tarik komoditi mineral belakangan ini.

Standard & Poor’s GSCI Spot Index, indeks yang mengukur 24 komoditas, Selasa (21/2) kemarin menguat 1% ke posisi 695,54. Posisi tertinggi sejak Agustus tahun lalu. Lantas, bagaimana potensi saham-saham di sektor ini?

Nizar Hilmy, analis SoeGee Future, menuturkan bahwa secara keseluruhan harga mineral masih akan berfluktuasi. “Kondisi Eropa dan Amerika sebenarnya masih lesu,” katanya. Tapi bukan berarti saham-saham perusahaan yang memproduksi mineral ikut-ikutan tengelam.

Seorang analis dari Kresna Securities mengatakan, efek bailout Yunani dan penurunan GWM bank di China sudah terasa di sektor ini. Optimisme terhadap perekonomian China, kata dia, adalah salah satu yang mendorong harga emas, perak dan platinum belakangan ini.

Seperti diketahui, Selasa kemarin harga perak di pasar berjangka New York mencatat kenaikan 1,34% menjadi US$ 33,89 per onz. Kenaikan juga dicatat oleh emas, tembaga, dan platinum.

Inilah yang membuat daya tarik saham-saham di sektor mineral seperti PT Aneka Tambang (ANTM). Apalagi diperkirakan harga minyak bakal terus meroket hingga mencapai US$135 per barel. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar