Senin, 24 Oktober 2011

Eropa Semakin Tak Pasti, Rupiah Terus Lesu

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah Senin (24/10) diprediksi konsolidasi cenderung melemah. Penyelesaian krisis utang Uni Eropa yang semakin tak pasti menjadi pemicunya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Albertus Christian mengatakan, untuk mengantisipasi ketidakpastian penyelesaian krisis utang Uni Eropa, rupiah cenderung terkonsolidasi dengan kecenderungan melemah akibat penguatan dolar.

Kondisi itu akibat para menteri keuangan Uni Eropa yang menunda kesimpulan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa yang sedianya disampaikan pada Minggu 23 Oktober 2011.

Para petinggi Uni Eropa, lanjutnya, justru mengagendakan pertemuan lanjutan Rabu (26/10) setelah Jerman dan Perancis mengalami silang pendapat. Dia menegaskan, dalam kondisi yang tidak pasti seperti ini, dolar AS menjadi pilihan safe haven. Sementara itu, emas belum jadi pilihan karena volatilitasnya tinggi.

"Rupiah akan konsolidasi cenderung melemah ke area 8.935. Jika ditembus, rupiah berpeluang melemah ke level 8.990 per dolar AS. Sementara itu, level penguatan rupiah sudah terbatas pada area 8.810," katanya kepada INILAH.COM.

Chrisitian menegaskan, Uni Eropa mengalami kemunduran soal penyelesaian krisis. Semula pasar berharap, pada Minggu 23 Oktober kemarin, mendapatkan resolusi definitif pepnyelesaikan krisis utang zona euro. "Para Menteri Keuangan Uni Eropa justu menunda kesimpulan KTT. Mereka mengagendakan untuk bertemu kembali pada Rabu (26/10)," ujarnyaa.

Semua itu, dipicu oleh perbedaan pendapat antara Perancis dan Jerman. Tapi, soal peningkatan kapasitas dana European Financial Stability Facility (EFSF) masih mengalami perbedaan dalam kisaran 1-2 triliun euro. Jadi, rencananya tetap dinaikkan. "Hanya saja belum pasti. Bagi pasar tidak masalah perbedaan tersebut. Sebab, selama dana EFSF dinaikkan tetap berpengaruh positif ke market," imbuhnya.

Dia memaparkan, yang jadi masalah adalah soal haircuts (pemangkasan nilai obligasi Yunani). Jika haircuts mencapai 60-65% sebagaimana diusulkan Jerman, akan sangat membebani Perancis. "Sebab, bank-bank di Perancis memiliki eksposure yang besar pada obligasi Yunani," imbuhnya.

Sedangkan jika tidak di-haircuts, Yunani tetap terancam gagal bayar. Di sisi lain, European Central Bank (ECB) dan Komisi Uni Eropa sudah menyatakan, haircut di atas 50% bisa menimbulkan risiko krisis kredit seperti yang terjadi pada Lehman Brothers pada 2008. "Tapi, untuk dana rekapitalisasi perbankan, angkanya mencapai 100 miliar euro. Soal ini tidak ada perbedaan pendapat," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Jumat (21/10) ditutup stagnan di level 8.898/8.908 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar