Rabu, 19 Oktober 2011

GDP China: Pukulan Telak Saham Batu Bara?

Headline
INILAH.COM, Jakarta – China merilis PDB kuartal III-2011 anjlok ke 9,1% yang ditengarai bakal mengurangi ekspor batu bara RI ke negara itu. Benarkah saham-saham batu bara bakal terpukul telak?

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan, memang Produk Domestik Bruto (PDB) China dirilis anjlok ke 9,1% untuk kuartal III-2011 dari sebelumnya 9,5%. Tapi, dia mempertanyakan, apakah penurunan ini disumbang oleh industri China yang punya ketergantungan erat terhadap batu bara.

Hal itu menurutnya, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampaknya bagi emiten-emiten batu bara di Indonesia. “Jika ternyata bukan, sektor batu bara Indonesia akan baik-baik saja,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (18/10).

Pada perdagangan Selasa (18/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG )ditutup melemah 106,9 poin (2,87%) ke level 3.622,02, dengan intraday terendah di 3.580,76 dan tertinggi di 3.728,01. Saham-saham sektor pertambangan memimpin penurunan 4,98%.

Lebih jauh, Teguh menjelaskan, memang sebagian besar eksportir batu bara Indonesia, diekspor ke China yakni 40%, tapi India juga mencapai 40% dan 20% sisanya ke negara lain. “Tapi, penurunan PDB China memicu koreksi saham-saham batu bara sangat wajar. Tapi, alasannya belum tentu karena ekspektasi penurunan ekspor batu bara ke China,” ujarnya.

Dia menegaskan, saham-saham batu bara yang memimpin koreksi hingga 4,98% sangat wajar. Sebab, IHSG juga, setelah naik ke level 3.700-an juga kembali terkoreksi ke 3.600-an. “Bahkan, masih wajar juga jika saham-saham sektor batu bara masih akan tertekan,” tandasnya.

Tapi, ia menggarisbawahi, koreksi ini hanya bersifat sementara. Menurutnya, jika penurunan IHSG berakhir, kira-kira dalam sepekan ke depan, saham-saham batu bara akan kembali menguat. “Penurunan PDB China tidak akan jadi perhatian utama investor,” ujarnya. “Investor saat ini lebih fokus pada krisis Eropa.”

Wajarnya koreksi saham-saham batu bara, juga karena secara valuasi, saham-saham di sektor ini sejak awal sudah relatif mahal. Jadi, wajar turun tapi bukan sentiment dari China. “Jadi, kabar dari China dan Eropa hanya jadi momentum profit taking setelah IHSG menguat signifikan,” ungkap dia.

Di sisi lain, lanjutnya, otoritas yang mengumumkan penurunan GDP China dan Menteri Keuangan Jerman bahwa Eropa tidak akan mencapai resolusi komprehensif atas krisis utang kawasan itu dalam waktu dekat, juga memanfaatkan momentum setelah market jenuh beli (oversold). “ Jadi, segaja terjadi timbal balik momentum antara market dengan otoritas itu,” paparnya.

Pengumuman itu memperlihatkan unsure kesengajaan untuk tidak dirilis pada saat market global seperti Dow Jones sedang menanjak. Misalnya, PDB China kuartal tiga 2011 yang berakhir 30 September. “Seharusnya, paling lambat diumumkan 15 Oktober. Bukan 18 Oktober,” ucapnya.

Kelihatan sekali, pengumuman itu segaja mencari momentum untuk meminimalisir dampak psikologis. “Justru, para investor di bursa luar saat ini sedang berharap bursa turun tajam untuk mengharapkan harga di level bawah lagi,” imbuhnya.

Karena itu, tak terkecual saham-saham batu bara masih berpeluang mengalami penurunan lagi. Apalagi, meski koreksi tajam kemarin, valuasi saham-saham batu bara masih mahal di atas Price Earnings Ratio (PER) 10 kali. “Sementara itu, saham-saham sektor properti, perkebunan dan sektor lain sudah berada di bawah 10 kali,” ungkap Teguh.

Dalam situasi ini, dia menyarankan agar investor lebih baik menunggu penurnan saham-saham sektor batu bara secara maksimal. Saham batu bara pilihannya yang paling menarikadalah PT Adaro Energy (ADRO) dan PT Borneo Lumbung Energi (BORN).

Menurutnya, ADRO menarik untuk beli di level Rp1.500-1.700 dari posisi terakhir Rp1.800 dan BORN di level 700-800 dari posisi terakhir Rp960. Menurutnya, kedua saham saham ini, lajunya sesuai dengan arah IHSG.

Karena itu, saat turun, berpeluang memberikan gain yang signifikan sesuai reversal naik indeks nantinya. Kalau sekarang masih tinggi, tunggu saja. Itu soal waktu. Sebab, IHSG saat ini juga masih berpeluang turun ke level 3.300-an. “Di posisi ini, investor bisa akumulasi kembali,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar