Senin, 17 Oktober 2011

IHSG Bullish, Palsu?

INILAH.COM, Jakarta – Indeks beberapa hari terakhir memang tampak sumringah dengan adanya penguatan. Namun, apresiasi ini dianggap palsu dan belum mengkonfimasi pembalikan arah sebenarnya. Benarkah?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan kemarin terpantau menguat 5,97% atau 239 poin. Meredanya sentimen Eropa dan penurunan suku bunga acuan BI rate dari 6,75% ke 6,5%, menjadi pendorongnya. Hal ini juga didukung transaksi beli bersih asing (net foreign buy) yang tercatat mencapai Rp1,94 triliun.

Namun, Yuganur Wijanarko dari HD Capital mengatakan, kenaikan Dow Jones dan IHSG selama ini hanya merupakan bear market rally atau kelanjutan dalam tren turun. Ini didukung faktor nilai tukar mata uang, dimana selama rupiah di atas 200-days moving average (8.650), “Situasi ini membuka peluang untuk bermain di 10.000 untuk 3 bulan ke depan,”ujarnya kepada INILAH.COM, Senin (17/10).

Menurutnya, sulit berharap tren turun akan batal dan MACD akan cross up lagi seperti 2005, karena IHSG sudah tutup secara negatif, membentuk new low selama dua bulan terakhir, “Indikator teknikal bulanan MACD dan Stochastics masih sell, sehingga masih ada resiko turun ke 2.700-2.400 hingga Desember ini,” katanya.

Yuga menuturkan, yang disebut-sebut para analis, bahwa IHSG sudah membentuk double bottom, yakni level 3200 dan 3600, sebenarnya adalah 'bottom palsu'. Terutama karena pembentukannya tidak maksimal dan terjadi di saat IHSG masih di level tinggi. “Seharusnya double bottom terbentuk di support kuat 2.500, dan valuasi mengadjust ke arah ini,” ujarnya.

Valuasi harga saham Indonesia dengan Price Earning (PE) mencapai 13 kali, juga dianggap masih relatif tinggi ketimbang bursa lain di Asia. Namun, karena proyeksi earning baru akan terlihat di akhir 2011, maka adjustment paling cepat adalah harga saham. “Untuk menuju PE Asia yang sekitar 8-9 kali, IHSG pun akan melorot menuju level 2.500,” paparnya.

Penurunan target harga ini bisa cepat terjadi, mengingat potensi downgrade lanjutan pada bank-bank pemegang surat utang Yunani. Apalagi Spanyol baru saja di-downgrade. Penurunan rating perbankan ini akan memicu kelangkaan likuiditas di pasar uang antar bank di Eropa. “Investor akhirnya akan menambah posisi dolar sebagai safe haven, sehingga rupiah berpotensi kembali ke kisaran 9000 per dolar AS,” jelasnya.

Yuga pun menganggap, beberapa pernyataan analis merupakan ‘alamat palsu’. Misalkan saja pendapat bahwa kini saatnya menjadi investor, bukan trader. Kemudian tentang fundamental makro ekonomi Indonesia yang masih bagus, serta harga saham sudah murah secara fundamental (PER).

Ia menilai, kenyataannya adalah kini saatnya menjadi trader jangka pendek, karena resiko turun besar.Selain fundamental makro ekonomi Indonesia yang diprediksi akan berubah negatif di 2012. Valuasi PER pun masih mahal dan perlu adjust turun untuk regional.

Di tengah situasi ini, Yuga menyarankan investor untuk menunggu IHSG terkoreksi ke level 3.500 dan melakukan pembelian di level tersebut. Pilihannya adalah Astra International (ASII), Gudang Garam (GGRM), serta sahsm perbankan Bank rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Central Asia (BBCA). “Sebaiknya investor mulai beli ketika harga sudah terkoreksi,”tutupnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar