Selasa, 29 November 2011

Risiko Eropa Naik, Rupiah Bisa Terseret ke 9.290

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Selasa (29/11) diprediksi melemah. Data-data fundamental menunjukkan naiknya risiko di Eropa.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, sentimen masih masih serba tidak pasti sehingga jadi tekanan negatif bagi rupiah. Salah satunya, semalam pasar mendapatkan data outlook ekonomi yang dirilis Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD/Organisation for Economic Co-operation and Development).

Sebelumnya, kata Christian, pasar sudah memperkirakan, rilis tersebut masih mengindikasikan perlambatan ekonomi global. "Karena itu, rupiah cenderung melemah menguji rekornya kemarin di level 9.225 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Ia memperkirakan, jika tembus di atas level tersebut, rupiah berpotensi melemah lebih lanjut dan menguji resistance kunci 9.290. Sementara level bawahnya masih terbatas pada level support kuat 9.050. "Selama rupiah masih di atas 9.050, tren pergerakan rupiah masih cenderung melemah," tandas Christian.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar juga menantikan The Economic and Finansial Affairs Council (Ecofin) Meeting pada Selasa (29/11). Karena itu, market cenderung bergerak volatile di mana setiap ada penguatan rupiah akan diantisipasi pasar dengan aksi jual. "Sebab, untuk kesekian kalinya, krisis utang Eropa masih mendukung negatifnya sentimen market pekan ini," timpalnya.

Apalagi, berbagai data fundamental ekonomi yang bakal dirilis diperkirakan masih negatif. Di antaranya, rilis outlook ekonomi global dari OECD dan hasil pertemuan para menteri keuangan Uni Eropa (Ecofin) Meeting hari ini. "Jika data yang dirilis tidak sesuai harapan, respon market akan negatif," tandasnya.

Pada saat yang sama, lanjut Christian, pada pekan ini juga akan dilelang obligasi Belgia, Italia, Spanyol, dan Perancis yang risikonya semakin meningkat jika hasilnya, terutama Italia gagal mendapatkan demand. "Ini jadi indikasi ketidakmampuan dari negara-negara tersebut untuk mendapatkan akses pendanaan dari pasar," ungkapnya.

Pada akhirnya, kata dia, Italia akan kembali meminta bailout. Untuk tenor 6 bulan, Italia sudah melelangnya dan hasilnya tidak memuaskan hingga yield-nya naik ke level 6,5%. "Pekan ini tinggal tenor lainnya 5 atau 10 tahun. Jika Italia tidak mendapatkan permintaan, risikonya semakin tinggi sehingga menjadi titik krusial bagi Italia meminta bailout," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, pada kontrak harga emas di London, Senin (28/11) ditutup melemah 105 poin (1,15%) ke level 9.158/9.168 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar