Selasa, 29 November 2011

Rupiah terus melemah

Rupiah terus melemah
JAKARTA. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin kuat. Dalam perdagangan kemarin, rupiah kembali terjerembap ke rekor terendahnya sejak Juni 2010. Di pasar spot, rupiah sempat anjlok hingga Rp 9.228 per dollar Amerika Serikat (AS).

Mochammad Doddy Arifianto, pengamat valuta asing, menuturkan pelemahan ini terjadi lantaran pasar merespons bantahan International Monetary Fund (IMF) mengenai rencana pemberian dana talangan senilai € 600 miliar ke Italia. Hal itu membuat pelaku pasar kembali memburu dollar AS.

Selain itu, pelaku pasar juga beramai-ramai melepas rupiah lantaran beredar kabar Bank Indonesia (BI) tidak lagi menjaga rupiah dan akan membiarkan pelemahan mata uang merah putih ini.

Pelemahan rupiah juga menyeret turun harga Surat Utang Negara selama 10 hari berturut-turut. Dalam perdagangan kemarin, indeks harga SUN mencapai 105,31.

Untungnya, rupiah kembali menguat menjelang penutupan perdagangan. "Menjelang penutupan BI melakukan intervensi," papar Doddy di Jakarta, Senin (28/11).

Alhasil, rupiah tertahan di posisi Rp 9.118 per dollar AS. Ini merupakan nilai tukar rupiah terendah sejak 26 September. Nilai kurs saat itu Rp 9.125 per dolar AS.

BI sendiri menyangkal tidak lagi mengontrol nilai tukar rupiah di pasar. Bank sentral ini menegaskan pihaknya terus mengontrol agar nilai tukar rupiah tidak bergerak jauh dibandingkan mata uang Asia lainnya. "Kami terus menjaga fluktuasi dan arah nilai tukar ke mana dan bagaimana," kata Ardhayadi Mitroatmojo, Deputi Gubernur BI.

Meski BI terus menjaga nilai tukar rupiah, analis menilai rupiah akan tetap menghadapi tekanan besar hingga akhir tahun. Pengamat ekonomi David Sumual memperkirakan di akhir tahun nanti nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 9.300 per dollar AS.

Sekadar informasi, saat ini nilai tukar rupiah sudah lebih rendah 1,78% dibandingkan posisi per akhir 2010 lalu.

Meski begitu, analis masih melihat potensi rupiah kembali menguat di 2012 nanti. Morgan Stanley dalam risetnya yang diterbitkan kemarin menyebutkan krisis di Eropa memang masih akan menekan mata uang di kawasan Asia, kecuali yen Jepang. Namun perusahaan keuangan global itu memperkirakan nilai tukar rupiah bisa kembali menanjak hingga Rp 8.850 per dollar AS di akhir tahun depan.

David pun menganalisis peluang penguatan rupiah masih terbuka. Apalagi, di 2012 nanti peringkat utang Indonesia akan masuk kategori investment grade. "Jadi peluang untuk sampai Rp 8.850 itu masih ada," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar