Rabu, 01 Februari 2012

Inflasi RI & Manufaktur China Gerogoti Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (1/2) diprediksi melemah terbatas. Melandainya inflasi RI dan manufaktur China jadi pemicunya.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi pelemahan rupiah hari ini salah satunya karena pasar dihadapkan pada data ekonomi domestik yakni inflasi Januari 2012 dan neraca perdagangan. Kedua data ini akan menjadi katalis utama pergerakan rupiah hari ini.

Memang, menurutnya, inflasi month to month diprediksi masih stabil naik ke level 0,7% dari 0,57% tapi year on year-nya diprediksi turun ke level 3,64% dari sebelumnya 3,79% dengan core inflatian yang juga diprediksi melambat. "Karena itu, rupiah cenderung bergerak melamah terbatas dalam kisaran 8.950-9.030 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Sementara itu, lanjutnya, surplus neraca perdagangan Indonesia diprediksi naik sebesar US$1,7 miliar pada Januari 2012 dari bulan sebelumnya yang hanya naik US$1,52 miliar. "Hanya saja, angka ekspor diperkirakan melambat hampir setengahnya menjadi 4,1% dari sebelumnya 8,25%," paparnya.

Dilihat dari data Indonesia yang akan dirilis itu, lebih jauh Firman menegaskan, akan membuka peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). "Jika sesuai prediksi, akan menggerogoti performa rupiah," tandasnya.

Di lain pihak, kata dia, pasar juga akan fokus pada rilis data PMI Manufacturing Index China yang angkannya diprediksi melemah jadi 49,5 dari sebelumnya 50,3 untuk Januari 2012. "Jika angkanya memang dirilis melemah, akan semakin menggerogoti performa rupiah," ujarnya.

Pada hari ini juga akan dirilis PMI Manufacturing Index dari AS. Angkanya memang diprediksi naik ke level 54,5 dari sebelumnya 50,3. Begitu juga dengan data manufaktur Inggris.

Tapi, Firman menegaskan, manufaktur China dirilsi lebih awal (pagi) sehingga akan direspon negatif terlebih dahulu dibandingkan data AS (malam). "Apalagi, China merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS," ungkapnya.

Jadi, lanjutnya, secara umum, rupiah akan sedikit tertekan. "Tapi, pelemahan tersebut akan tipis mengingat market yang enggan mendorong penguatan dolar AS sambil menanti pidato Gubernur The Fed Ben Bernanke pada pada Kamis (2/2) dan rilis non-farm Payrolls pada Jumat (3/2)," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (31/1) ditutup melemah 20 poin (0,22%) ke level 9.000/9.010 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar