Jumat, 06 Mei 2011

Saham INDF Masih Menggairahkan

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Saham Indofood Sukses Makmur (INDF) menjadi salah satu emiten yang menarik diakumulasi. Terutama setelah laporan kinerjanya yang memuaskan. Bagaimana prediksi analis?

Yualdo Yudoprawiro, analis Samuel Sekuritas masih merekomendasikan saham Indofood. Terutama karena kinerjanya yang sesuai ekspektasi. Saat ini, INDF diperdagangkan pada PE 2011 sebesar 15,6 kal,”Kami mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp6.000 mencerminkan PE 2011 sebesar 16,7 kali,” ungkapnya dalam riset, Jumat (6/5).

Pada perdagangan Jumat (6/5) sesi pertama, INDF ditutup menguat Rp150 ke Rp5.750. Emiten ini termasuk salah satu top gainers siang ini, di tengah koreksi bursa.

INDF mencatat pertumbuhan pendapatan 16% dan laba bersih 16% YoY pada kuartal pertama 2011. Pendapatan tercatat sebesar Rp10,76 triliun dan laba bersih Rp736 miliar. Hasil kinerja kuartal pertama 2011 ini sesuai dengan proyeksi. “Pendapatan dan laba bersih mencerminkan 25% dan 24% dari proyeksi 2011 kami,” katanya.

Pertumbuhan utama perseroan didukung kenaikan volume penjualan dan ASP yang lebih tinggi. Divisi CBP mengkontribusi 43% terhadap pendapatan total, diikuti 26,2% dari Bogasari, 22,7% dari Agribisnis, dan 8,1% dari Distribusi.

Penjualan mie merupakan penggerak pendapatan utama pada kelompok CBP dengan kontribusi 71% terhadap total pendapatan. Divisi Mie menaikkan ASP sebesar 8% pada Januari dalam rangka menyesuaikan biaya dalam merespon tingginya harga komoditas. Alhasil, ASP tinggi mampu mengkompensasi tipisnya penurunan volume.

Pada kuartal pertama 2011, divisi Bogasari membukukan performa terbaik, dengan pendapatan naik 50,6% YoY, menyusul meningkatnya harga CPO dan karet, penjualan yang kuat untuk minyak nabati dan lemak, serta pertumbuhan volume penjualan yang menghasilkan peningkatan 37,5% dari total nilai penjualan.

Sementara itu, EBIT margin divisiBogasari turun menjadi 8%, sedangkan nilai EBIT juga turun menjadi Rp289,6 miliar dari Rp352,6 miliar. Penurunan ini disebabkan naiknya harga gandum yang tercermin pada kuartal ini. Selain itu, INDF juga ingin fokus pada volume untuk menjaga pangsa pasarnya. Dengan demikian, volume penjualan meningkat 10,4% YoY menjadi 592 ribu ton.

Yualdo optimistis, INDF masih berpotensi meningkatkan laba perusahaan seperti marginnya, “Karena Divisi Bogasari dapat meningkatkan ASP menyesuaikan dengan harga komoditas yang terus meningkat,” imbuhnya.

Sebelumnya, analis JP Morgan Stevanus Juanda Morgan menyatakan, pembelian minyak sawit mentah (CPO) menyumbang 15% dari harga pokok penjualan alias cost of goods sold (COGS) INDF. Sedang pembelian gandum setara dengan 40% COGS INDF. “Itu sebabnya, jika harga gandum dan CPO terus naik, harga mie instan kembali meningkat,”katanya.

Pada 2008, saat harga gandum melonjak hingga 300% dan harga CPO naik 84%, penjualan mi instan INDF tumbuh 55%. Ia pun memprediksi, pendapatan INDF 2011 sebesar Rp 48,97 triliun, naik 22,80% dibanding estimasi 2010. Laba bersih tahun ini diestimasi mencapai Rp 3,99 triliun, tumbuh 41,2% daripada proyeksi 2010, “Penjualan mi instan akan menyumbang hingga 20,1% dari laba sebelum pajak (EBIT) INDF tahun ini,”katanya.

Sentimen positif juga berasal dari kenaikan peringkat INDF dan obligasi IV/2007 serta obligasi V/2009 menjadi AA+ dari sebelumnya AA oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Sedangkan prospek peringkat tersebut adalah stabil.

Analis Pefindo Vonny Widjaja mengatakan, kenaikan peringkat didukung membaiknya proteksi arus kas perusahaan yang didukung marjin usaha yang lebih baik dan penurunan tingkat leverage keuangan perusahaan.

Peringkat tersebut juga mencerminkan posisi pasar perusahaan yang sangat kuat di industri makanan dalam kemasan, portofolio usaha yang terdiversifikasi dengan baik dan terintegrasi secara vertikal. Namun, peringkat itu dibatasi persaingan yang ketat di beberapa segmen usaha. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar