Kamis, 30 Juni 2011

Yunani Hemat Fiskal, Aset Berisiko Jadi Atraktif

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah menguat tajam setelah IHSG mencetak rekor tertinggi dalam sejarah. Pasar lega setelah Parlemen Yunani menyetujui penghematan fiskal sehingga aset-aset berisiko menjadi atraktif.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, rally rupiah hari ini dipicu kelegaan pasar setelah parlemen Yunani menyetujui penghematan fiskal dalam voting, pada Rabu (29/6). Aset-aset berisiko kembali menarik termasuk ancaman default (gagal bayar) yang Yunani mulai berkurang.

Kamis (30/6) ini, parlemen Yunani masih mem-voting untuk kedua kalinya dan kesepakatan final untuk langkah detil paket penghematan fiskal 5 tahun ke depan. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.573 dan 8.600 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (30/6).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (30/6) ditutup menguat tajam 35 poin (0,40%) ke level 8.577/8.587 per dolar AS dari posisi sebelumnya 8.612/8.622.

Christian melanjutkan, pasar hari ini masih menunggu paket penghematan berupa pemangkasan anggaran dan kenaikan pajak senilai 28 miliar euro. Angka ini belum termasuk paket penjualan aset-aset negara (privatisasi). "Jika digabung dengan privatisasi, angkanya bisa mencapai 78 miliar euro," ungkapnya. Karena itu, paket penghematan Yunani diputuskan secara bertahap.

Di sisi lain, penguatan rupiah juga bersamaan dengan penguatan harga minyak mentah dunia ke level US$95 per barel. Kondisi ini, sangat positif bagi sektor ekspor-impor domestik. "Tapi, yang paling berpengaruh adalah faktor Yunani," timpalnya.

Dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama sebesar 0,47% ke level indeks dolar AS 74,75 termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,4484 dari sebelumnya US$1,4433 per euro," imbuhnya.

Dari bursa saham, analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengungkapkan hal senada. Menurutnya, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 58,30 poin (1,52%) ke level 3.888,569 dipicu oleh voting penghematan fiskal Yunani pada Rabu (29/6) yang sudah disetujui parlemen mengenai kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran. “Akibatnya, bursa saham di Asia pun turut bergerak positif dalam dua hari terakhir,” ucapnya.

Di sisi lain, imbuhnya, sentimen positifnya pun benar-benar bertumpuk terutama datang dari indeks Dow Jones Industrial (DJI) yang terus bergerak naik selama bursa Indonesia libur kemarin. Bahkan, DJI sudah berhasil menembus resisten di 12.250. “Penembusan ini membuka potensi kenaikan hingga kisaran 12.500-12.650 untuk jangka pendek,” paparnya.

Apalagi, hari ini yang merupakan hari terakhir Juni 2011 sehingga pasar juga berharap terjadi window dressing pada saham-saham bluchips. Pada saat yang sama, dari internal, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah memperkirakan, inflasi Juni 2011 di level 0,1-0,2%.

Angka ini dinilai pasar masih melandai dan di bawah level inflasi yang wajar. “Ini menjadi sentimen positif bagi saham-saham yang sensitif inflasi dan suku bunga seperti perbankan dan konsumsi,” ucapnya.

Pada saat yang sama, lanjut Cece, harga minyak mentah dunia naik ke level US$95 per barel. Karena itu, saham-saham di sektor batu bara pun mulai merangkak naik. “Dengan kenaikan harga minyak dan inflasi yang masih melandai, indeks sukses menembus rekor tertinggi baru dalam sejarah,” tandasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar