Selasa, 15 November 2011

IHSG: Konsentrasi di Saham Big Cap!

INILAH.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (15/11) diperkirakan naik. Koleksi saham ASII, BBRI, BBNI,BMRI dan ADRO.

Analis BNI Sekuritas Akhmad Nurcahyadi memperkirakan, IHSG masih berpeluang melaju ke zona positif. "Hal ini karena indeks masih bisa bergerak di atas level support jangka pendek 3.750," katanya, kemarin.

Tekanan jual jangka pendek diperkirakan datang dari investor yang sempat menikmati keuntungan carry trade akibat spread imbal hasil yang besar di Indonesia, diperkirakan volume jualnya relatif kecil.

Sebab, proses capital outflow sudah terjadi dalam skala kecil ketika risiko default Yunani meningkat. Sementara imbal hasil US treasury turun drastis. Namun pemangkasan BI rate hingga 50 bsp menimbulkan tanda tanya besar di antara pelaku pasar.

Kebanyakan investor menilai ada bahaya besar yang sedang diantisipasi bank sentral dengan menurunkan bunga acuan hingga 50 bsp lebih cepat dari perkiraan.

Pemangkasan BI rate 50 bsp membuat spread imbal hasil menyempit, mau tidak mau mengurangi daya tarik penempatan dana jangka pendek di Indomesia meski akan ada peningkatan rating investasi di tahun depan.

"Volatilitas IHSG dalam perdagangan harian masih akan tinggi. Investor disarankan tetap konsentrasi di big cap yang pangsa pasar domestiknya besar, dan tidak sensitif terhadap fluktuasi rupiah," lanjutnya.

Dalam kondisi ini, Akhmad merekomendasikan saham seperti Astra International (ASII), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Mandiri (BMRI) dan Adaro Energy (ADRO). "Trading buy saham-saham ini," ujarnya.

Saham perbankan, kata Akhmad, memiliki pangsa pasar domestik yang kuat. Penurunan suku bunga akan memacu petumbuhan kredit perbankan agar bisa mempertahankan positif margin yang tinggi.

"Pertumbuhan kredit masih bisa diserap pasar kredit ketiga bank tersebut di atas karena besarnya posisi kredit konsumsi mereka," paparnya.

Untuk saham pertambangan, investor disarankan fokus pada produsen thermal coal. Sebab harga rata-ratanya masih lebih tinggi dibandingkan steamed coal. "Permintaan thermal coal relatif bertahan karena digunakan untuk pembangkit listrik," pungkasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar