Rabu, 09 November 2011

Investor asing terus membeli efek lokal

JAKARTA. Investor asing terus merangsek masuk ke pasar modal domestik. Prospek ekonomi Indonesia yang terus membaik menjadi satu alasan bagi asing untuk mengoleksi instrumen lokal.

Rajiv Louis, Direktur Utama UBS Securities Indonesia, melihat, minat asing untuk memiliki saham maupun obligasi lokal masih tinggi. "Investor asing memang cenderung pegang cash, tapi bukan berarti mereka tak mau masuk ke sini (Indonesia)," papar dia.

Rajiv mencontohkan tingginya minat asing terhadap saham perdana (IPO) PT Atlas Resources Tbk. Investor asing menyerap 25% dari total 650 juta saham yang dilepas.

MI asing juga tertarik menjual produk reksadana berbasis saham-saham Indonesia di negara asalnya. Misalnya Aberdeen Asset Management. MI berbasis di AS ini telah lama memasarkan produk reksadana tertutup (close-end fund), yakni Aberdeen Indonesia Fund. Produk ini berisi saham berkapitalisasi besar di Indonesia, antara lain saham Astra International, Bank OCBC NISP, Bank Permata, serta Unilever Indonesia.

Nilai aktiva bersih (NAB) Aberdeen Indonesia Fund US$ 108,5 juta dan NAB per saham US$ 13,12. Dalam tiga tahun terakhir, return NAB produk ini 25% per tahun.

Pemodal asing juga tertarik pada obligasi korporasi domestik. Ada investor asing yang hanya menyerap obligasi berperingkat setara investment grade. "Tapi banyak juga yang tidak, terutama investor agresif," kata Rajiv.

Maquarie Capital juga melirik peluang ini. Sebagai penjamin emisi IPO ABM Investama, Maquarie akan menawarkan IPO ke sejumlah negara. "Kami akan roadshow ke Singapura, Hong Kong, Eropa, Inggris, dan Amerika," ujar Benny Surjadharma, Presiden Direktur Maquarie Capital.

Mengacu Data Kustodian Sentral Efek Indonesia, porsi asing di saham pada Oktober 2011 mencapai Rp 1.243 triliun, atau 61,41% total saham. Porsi asing naik daripada September Rp 1.159 triliun setara 61,11% total nilai saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar