Rabu, 14 Desember 2011

Indeks saham Asia sudah tergerus 15%

Indeks saham Asia sudah tergerus 15%
JAKARTA. Bursa saham di kawasan Asia Pasifik, sepanjang tahun ini, menjadi bulan-bulanan krisis utang Eropa. Rata-rata indeks saham utama di Asia sudah anjlok di atas 15% sejak awal tahun.

Selasa kemarin (12/12), bursa saham di kawasan ini masih mengalami tekanan lanjutan akibat krisis kronis yang membekap Eropa. Indeks MSCI Asia APEX 50, yang mengukur rata-rata pergerakan indeks saham di kawasan Asia Pasifik, anjlok hingga 1,21% ke posisi 734,89.

Hang Seng, indeks di Hong Kong, bursa saham terbesar di Asia, tergerus 0,69% menjadi 18.447. Sementara Kospi, indeks saham di Seoul, merosot 1,88% ke posisi 1.864. Nikkei 225 di Tokyo turun 1,17% menjadi 8.552.

Perkembangan penyelesaian krisis di Eropa sampai detik ini masih serba mengambang. Pelaku pasar menjadi sangat rentan dengan kabar negatif. Investor pun semakin meragukan berita positif yang beredar.

Terakhir, lembaga pemeringkat Moody\'s melontarkan rencananya meninjau lagi peringkat utang negara-negara Eropa. Risiko pengguntingan peringkat terbuka. Moody\'s tengah mengawasi 10 korporasi Spanyol yang dianggap mulai terseret krisis.

Fitch Ratings menilai hasil pertemuan Uni Eropa pekan lalu, tidak komprehensif menyuguhkan solusi penanganan krisis. "Eropa hanya memikirkan pengetatan anggaran. Namun, aspek penting terkait bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi, tidak disinggung," kata Angus Gluskie, Analis White Funds Management, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Masih akan buruk
Apelles RT Kawengian, analis Monex Investindo Futures, menuturkan, Situasi yang membelit negara-negara Eropa merupakan penentu utama arah pasar saham di hampir penjuru dunia, tidak terkecuali bursa di Asia.

Jika dihitung sejak awal tahun, Nikkei telah merosot 16,4%. Indeks Shanghai terjun hingga 19,7%. Indeks Kospi tergerus hingga 8,9%. Adapun Hang Seng mencatat penurunan terbesar di antara indeks saham Asia, hingga 20,16% year to date. Indeks MSCI Asia APEX 50 sudah tergerus sebesar 15,15%.

Suluh A. Wicaksono, analis Asia Kapitalindo Futures, menilai, performa bursa-bursa di Asia bahkan lebih buruk jika dibandingkan bursa di Amerika Serikat yang notabene masih bergelut dengan resesi.

Namun jika dibandingkan dengan indeks saham di episentrum krisis, yakni Eropa, bursa Asia masih lebih baik. "Asia tertolong konsumsi domestik yang menyokong pertumbuhan," kata dia.

Kendati secara umum, ketahanan Asia terhadap krisis masih positif, Suluh mengingatkan, investor tetap harus mencermati emiten-emiten penggerak bursa.

China yang mulai meriang karena kinerja ekspornya cepat atau lambat terinfeksi Eropa, lebih berisiko menghadapi tekanan lebih lanjut. Ini akan berimbas pada Hang Seng dan Shanghai. "Level saat ini belum titik support, jadi masih bisa turun hingga akhir tahun," katanya.

Apelles menilai, situasi belum akan membaik dalam waktu dekat. Bursa-bursa di kawasan Asia kemungkinan besar akan terjebak di zona merah akhir tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar