Kamis, 12 Januari 2012

Awas Profit Taking, Beli Tambang-Bank

INILAH.COM, Jakarta – Perdagangan saham pada Kamis (12/1) diperkirakan akan diwarnai aksi profit taking. Lakukan trading di sektor pertambangan dan perbankan.

Pengamat pasar modal Cece Ridwanullah dari Eko Capital Sekuritas memprediksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih diwarnai aksi ambil untung. Sebab, investor global mengantisipasi hasil lelang obligasi Italia dan Spanyol yang akan berlangsung.

“Namun, profit taking akan terbatas di level support 3.850,” ujarnya saat berbincang dengan INILAH.COM.

Pada perdagangan kemarin, IHSG bergerak fluktuatif dan ditutup di teritori negatif. Hal ini karena investor melakukan aksi ambil untung pada saham-saham berkapitalisasi besar yang menembus level tertinggi. Selain itu, pasar masih didominasi investor jangka pendek.

Cece menuturkan, bursa regional Asia, terutama Jepang dan Hong Kong, juga mengalami kenaikan. Sehingga potensi profit taking di kedua bursa itu akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Terutama, jika hasil lelang obligasi Italia dan Spanyol tak sukses menyerap likuiditas.

Cece memperkirakan, pasar masih berharap akan ada pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang keputusannya akan diketahui hari ini. Hal tersebut bisa menjadi penghambat koreksi IHSG, sehingga membuka peluang penguatan ke level 4.000.

“Itu juga dibarengi sukses lelang obligasi Spanyol dan Italia,” lanjutnya.

Dalam kondisi seperti ini, Cece merekomendasikan investor untuk fokus ke sektor pertambangan yang belum break high, seperti Indo Tambangraya Megah (ITMG), Antam (ANTM) dan PT Timah (TINS).

Selain saham-saham yang sudah dilanda aksi ambil untung dengan volume besar, seperti Astra International (ASII) dan United Tracktor (UNTR).

Saham perbankan Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga menarik, terimbas penurunan suku bunga. Terutama perbankan yang masih bisa punya ruang untuk memaksimalkan pertumbuhan kredit di tengah kontraksi NIM.

Adapun kontraksi NIM ini disebabkan tingginya biaya dana, menyusul aksi industri bank nasional yang masih mengandalkan likuiditas dari penghimpunan dana pihak ketiga. [nat]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar