Kamis, 05 Januari 2012

Saatnya Lakukan 'Profit Taking'

INILAH.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (5/1) diperkirakan menguat. Investor disarankan untuk profit taking dan buru saham pertambangan untuk jangka panjang.

Pengamat pasar modal Wilson Sofan dari Reliance Securities memprediksikan, sentimen di pasar masih relatif bagus. Sehingga IHSG berpotensi melanjutkan penguatan. Namun, indikator teknikal menunjukkan sinyal jenuh beli. “Ini menyebabkan penguatan IHSG akan terhambat aksi profit taking investor,” katanya kepada INILAH.COM.

Koreksi teknikal yang kemungkinan akan terjadi hari ini, lanjut Wilson, sifatnya relatif minor. Sebab, tren jangka pendek, menengah dan panjang IHSG masih bullish dengan target pada level 3.951.

Target itu berdasarkan pola ascending triangle yang telah terbentuk sejak akhir 2011 dan IHSG berhasil menembus level 3.800. Sementara pola Elliot Wave juga menunjukkan IHSG mengarah ke Wave 3 dengan target 3.984.

Tren bullish untuk jangka pendek, menengah dan panjang didukung oleh support kuat di level 3.872. Itu sebabnya meski IHSG diprediksi terkoreksi, Wilson memperkirakan sifatnya akan terbatas di level support 3.872.

Dalam kondisi seperti ini, ia menyarankan investor untuk melakukan distribusi atau profit taking sepertiga portfolio, mengingat peluang koreksi teknikal relatif tinggi di tengah kenaikan IHSG dalam beberapa hari awal perdagangan 2012.

Namun, Wilson menilai ada peluang di saham komoditas PT Timah (TINS) dan Adaro Energy (ADRO). Selain saham Indofood (INDF). “Peluang trading jangka panjang ada di saham-saham tersebut,” lanjutnya.

Menurutnya, ketiga saham ini sedang bergerak di area uptrend-nya dan berada di dekat level minor support jangka panjang. Sehingga peluang upside-nya besar. Apalagi didukung harga minyak yang masih akan terus tinggi untuk trend jangka pendek.

Secara teknikal, harga minyak bumi akan mengarah ke US$130 per barel jika resistant terdekat US$107 per barel berhasil ditembus. Kemungkinan ini besar terjadi, apalagi ada kekhawatiran pasokan minyak akan terganggu karena konflik Iran.

“Dari segi permintaan, kebutuhan minyak mentah mulai naik seiring dengan membaiknya kegiatan industri serta manufaktur di Amerika Serikat, China, India dan Jerman,” pungkasnya. [nat]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar