Senin, 16 Mei 2011

Kenaikan tarif menjadi tumpuan pendapatan emiten operator tol

Kenaikan tarif menjadi tumpuan pendapatan emiten operator tol
JAKARTA. Peningkatan jumlah kendaraan dan kenaikan tarif tol akan mendongkrak kinerja emiten operator jalan tol pada tahun ini. Namun, potensi pendapatan bisa terancam oleh regulasi baru yang dibuat pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

Misalnya, selama Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Jakarta, 5 Mei sampai 9 Mei lalu, pemerintah daerah melarang truk besar masuk ke jalan tol dalam kota yang dikelola PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) dan dialihkan ke jalan tol lingkar luar yang sebagian dioperasikan oleh Nusantara Infrastructure (META).

Meski KTT sudah berakhir, aturan tersebut masih diberlakukan hingga bulan Juli nanti. Jadi, selama pukul 05.00 sampai 22.00, truk tidak boleh masuk jalan tol dalam kota.

Toh, aturan baru itu belum akan mengganggu kinerja operator jalan tol. Analis Mandiri Sekuritas Maria Renata memperkirakan, pembatasan truk tidak akan mengurangi pendapatan JSMR. "Kontribusi truk terhadap lalu lintas kecil sekali, tidak sampai 5%," kata dia kepada KONTAN, Jumat pekan lalu (13/5).

Memang, tarif tol untuk truk besar jauh lebih mahal. Misalnya, JSMR menetapkan tarif Rp 10.500 - Rp 15.500 untuk truk bergandar tiga sampai lima di tol dalam kota Jakarta. Sedangkan tarif kendaraan golongan I dan II (sedan, jip, pick up, bus, truk kecil) sebesar Rp 6.500 - Rp 8.000. Maria menaksir, potensi kehilangan pendapatan itu tidak besar.

Sedangkan Ramdani, Direktur Utama META, mengaku, belum menghitung pengaruh pembatasan truk terhadap pendapatan perusahaan karena kebijakannya masih baru. META mengoperasikan JORR ruas tol Penjaringan - Kebun Jeruk sepanjang 8,65 km.

Kenaikan tarif

Di sisi lain, Maria memprediksi, prospek pertumbuhan operator jalan tol tahun ini cukup tinggi. Kontribusi terbesar berasal dari peningkatan tarif tol. Misalnya, JSMR, yang berencana menaikkan tarif tol pada bulan September mendatang. "Kenaikannya sebesar 8%-12%," imbuh dia.

Di antara tiga emiten operator jalan tol, Maria merekomendasikan JSMR. Maklum, perusahaan pelat merah ini menguasai 72% pangsa pasar dengan ruas jalan tol sepanjang 531 km.

Kinerja kuartal I 2011 operator jalan tol secara umum positif. Pendapatan tertinggi diraup JSMR sebesar Rp 1,15 triliun, atau naik 13,8% dibandingkan periode sama 2010. Sedangkan laba bersih naik 29,8% jadi Rp 372,62 miliar.

Dalam risetnya, analis Kresna Securities Irwan Budiarto menulis, pertumbuhan pendapatan JSMR didorong oleh pertumbuhan lalu lintas kendaraan dan kenaikan tarif dua ruas jalan tol sejak pertengahan tahun lalu. Dalam setahun, volume trafik naik 11,7%.

Pertumbuhan terjadi di semua ruas, kecuali jalan tol Purbaleunyi. JSMR juga tengah berekspansi di jalan tol ruas Jagorawi, Jakarta-Tangerang, dan Padaleunyi. Ketiga ruas tersebut menyumbang 31,8% ke pendapatan total JSMR di kuartal I 2011.

Maria meramal, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih JSMR tahun ini masing-masing 10,67% dan 19,03%.

Sementara CMNP juga mencatat pertumbuhan baik. Pendapatan kuartal I 2011 operator tol ini tumbuh 7,2% menjadi Rp 190,18 miliar. Sedangkan peningkatan laba bersihnya mencapai 42,72%.

Dalam risetnya, Maria menulis, pengembangan usaha CMNP yang paling memungkinkan adalah mengakuisisi proyek jalan tol. "Rasio debt to equity CMNP masih memungkinkan untuk mencari pinjaman," imbuhnya. Rasio utang terhadap ekuitas CMNP sebesar 0,5 kali, lebih rendah dibanding JSMR yang 1 kali.

Maria pun menaikkan perkiraan pendapatan CMNP dari Rp 776 miliar menjadi Rp 803 miliar, akhir tahun nanti.

Sementara itu, pertumbuhan pendapatan META sepanjang kuartal I 2011 mencapai 16,7% menjadi Rp 50,69 miliar. Namun, beban yang membengkak membuat META menderita rugi Rp 11,2 miliar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar