Senin, 16 Mei 2011

Regional-Komoditas Picu 'Net Sell' Asing di Bursa

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Indeks saham domestik pada perdagangan Senin (16/5) gagal bertahan di teritori positif bahkan menembus level psikologis 3.800. Negatifnya sentimen regional dan koreksi harga komoditas menjadi katalisnya.

Pada perdagangan Senin (16/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup turun 32,8 poin (0,85%) ke level 3.799,23. Begitu juga Indeks LQ45 yang turun 6,3 poin (0,92%) ke angka 676,1. Sedangkan Jakarta Islamic Index ( JII) turun 0,67% ke level 524,93.

Koreksi indeks juga diwarwani oleh investor asing yang tercatat melakukan penjualan sebesar Rp434,23 miliar. Perdagangan mencatatkan volume sebanyak 4,79 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp3,49 triliun.

Kondisi itu, seiring dengan koreksi bursa regional. Dow Jones akhir pekan turun 0,79%, sedang di Asia, bursa Shanghai turun 0,73%, Hang Seng turun 1,36%, Nikkei turun 0,94%, STI turun 0,97%, dan Seoul turun 0,75%.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan, pelemahan indeks hari ini telah menembus level psikologisnya 3.800. Salah satunya, dipicu aksi jual asing yang mencapai Rp434,2 miliar. “Ini merupakan hari pertama di mana asing melakukan aksi jual. Padahal, dalam beberapa hari terakhir, asing selalu dalam posisi net buy,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (16/5).

Sejak pembukaan sesi pagi, lanjut Cece, suasana transaksi sedikit sepi dibandingkan hari biasanya. Sebab, hari ini merupakan hari kejepit akibat cuti bersama beberapa instansi pemerintah jelang Hari Waisak Selasa (17/5). “Total transaksi hanya Rp3,8 triliun dari biasanya di atas Rp5 triliun,” ujarnya.

Kondisi itu, semakin memperparah sentimen regional di mana bursa AS yang rata-rata minus hingga 1%. “Begitu juga dengan bursa Eropa yang mendarat di teritori negatif seiring jatuhnya harga komoditas,” ungkapnya.

Pada saat yang sama, pasar melihat, krisis utang di Eropa bertambah parah. Karena itu, para investor di bursa regional mengkhawatirkan melambatnya perekonomian dunia. “Pasar juga melihat adanya pengetatan moneter di Bank Sentral AS The Fed. Ini tercermin dari koreksi saham-saham perbankan AS,” ucapnya.

Karena itu, harga komoditas turun dan dolar AS menguat sehingga terjadi profit taking di pasar modal untuk mengamankan portofolio mereka yang sudah untung. “Di sisi lain, di bursa domestik pun, hari kejepit juga dijadikan momentum profit taking setelah indeks bertahan di atas 3.800 dalam beberapa hari terakhir,” papar Cece.

Namun demikian, menurut Cece, koreksi ini bersifat sementara sehingga memungkinkan indeks domestik kembali mengut. Hal ini bisa dilihat dari penguatan saham bluechips PT Astra Internasional (ASII). “Ini menandakan, asing belum keluar dari market, meski hari berposisi net sell hingga Rp400 miliar,” imbuhnya.

Saham-saham yang turun tajam pada penutupan hari ini, di antaranya adalah DSSA turun 9,53%, PT Indo Tambang Raya (ITMG) turun 2,72%, INDS turun 17,47%, PT United Tractors (UNTR) turun 2,89%, PT Tambang Bukit Asam (PTBA) turun 2,8% dan PT Mitra Adiperkasa (MAPI) yang turun 10,89%. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar