Selasa, 27 September 2011

Intervensi Kendur, Rupiah Bisa Lari ke 9.200

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (26/9) diprediksi melemah. Kendurnya intervensi dari Bank Indonesia (BI) jadi pemicunya di tengah ketakutan pasar atas krisis utang Eropa.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi pelemahan rupiah hari ini masih dipicu oleh ketakutan pasar atas krisis utang di Eropa. Terutama, setelah salah satu petinggi Bank of England (BoE) mengatakan, mata uang Inggris akan tetap melemah. Kondisi ini cukup jadi tekanan bagi poundsterling dan memperkuat dolar AS.

Di sisi lain, intinya adalah pasar juga panik terjadi transformasi dari krisis utang berubah menjadi krisis perbankan kawasan itu. "Karena itu, rupiah akan melemah dan bergerak dalam kisaran 9.000 hingga 9.200," katanya kepada INILAH.COM.

Pasalnya, pada Jumat (23/9) malam, salah satu petinggi European Central Bank (ECB) mengatakan, bank sentral akan mengaktifkan kembali fasilitas likuiditas yang bertenor 1 tahun. "Sebelumnya, fasilitas ini dinonaktifkan," ujar dia. Menurutnya, jika ini diaktifkan, merupakan sinyal bahwa sistem perbankan Eropa mengalami kesulitan akses likuiditas.

Pada saat bersamaan, lanjut dia, pekan ini juga sedang dilangsungkan voting Parlemen Jerman terhadap penambahan dana The European Financial Stability Facility (EFSF). "Karena itu, market tidak ingin mengambil risiko terlalu banyak," timpalnya.

Lalu, pasar melihat Yunani bakal dipaksa untuk default (gagal bayar) dan pasar cemas, jika Parlemen Jerman tidak akan meratifikasi tambahan dana EFSF-nya itu. "Karena itu, tidak ada yang bisa menopang penguatan rupiah selain dari intervensi Bank Indonesia," ucapnya.

Tapi, lanjut Firman, jika melihat pelemahan rupiah ke level 9.050 kemarin, menandakan intervensi BI di market sudah mengendur. "Biasanya, setelah melemah tajam, rupiah kembali menguat jelang penutupan. Kemarin, rupiah dibuka melemah dan ditutup juga melemah," tandas Firman.

Bisa jadi, Firman menduga, kendurnya intervensi karena pada Jumat (23/9) BI sudah mengintervesi pasar dengan jumlah nominal yang terlalu besar. Rumornya, BI sudah mengintervensi sebesar US$700 juta. "Dengan kurs rupiah 9.000, intervensi mencapai US$6,3 triliun pada Jumat (23/9).

Intervensi itu dinilai Firman, positif. Tapi, jika penguatan hanya atas dasar intervensi, tidak akan bertahan lama untuk meredam kepanikan pasar atas krisis utang zona euro. "Ini merupakan angka intervensi yang paling banyak," tandas dia.

Tapi, lanjutnya, benar tidaknya rumor ini, tinggal menunggu data cadangan devisa akhir September ini. "Dengan data ini, pasar bisa mengetahui, berapa banyak BI mengintervensi nilai tukar rupiah," paparnya.

Tapi, jika melihat nilai tukar rupiah di pasar offshore (luar negeri), nilainya sudah menguat ke level 9.250 per dolar AS dari posisi Jumat (23/9) di level 9.400 per dolar AS. "Ini menandakan, investor asing sudah mulai mereda. Jadi, tinggal ada adjusment antara offshore dan onshore (dalam negeri)," imbuh dia.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (26/9) ditutup rontok 280 poin (3,1%) ke level 9.050/9.070 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar