Selasa, 27 September 2011

Prospek Sektor Batu Bara di Mata Analis

Prospek Sektor Batu Bara di Mata Analis
INILAH.COM, Jakarta – Melambatnya ekonomi global, telah menekan beberapa harga komoditas. Gain yang diperoleh perusahaan batu bara pun diperkirakan turun. Bagaimana prediksi para analis tentang sektor ini?

Sandiaga Uno dari Saratoga Recapital Investment mengatakan, emiten sumber daya masih memiliki prospek menarik. Kendati tidak banyak menikmati capital gain dari rupiah, namun volume produksi masih bisa tinggi,”Hal ini karena permintaan tidak turun, terutama dari India dan China,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Menurutnya, negara-negara besar masih membutuhkan batubara sebagai sumber energi untuk penghasil listrik dan kebutuhan tersebut akan terus bertambah. “Artinya industri pertambangan batubara di Indonesia masih memberi prospek yang menjanjikan,” katanya.

China dan India saat ini sedang membangun mega proyek pembangkit listrik 50 gigawatt yang diperkirakan selesai pada 2013-2014. China pun merupakan negara pengimpor batu bara terbesar dunia, sedangkan Indonesia adalah penyuplai utama bagi China. Lihat saja kenaikan impor batu bara China pada 2010 sebesar 31% menjadi 165 juta ton, dimana Indonesia memasok sepertiganya.

Senada dengan Norico Gaman dari BNI Securities yang mengatakan, potensi permintaan batu bara Indonesia sangat baik. “Pergerakan harga batu bara juga masih lebih stabil, ketimbang komoditas lain,” ujarnya.

Total produksi batubara Indonesia saat ini mencapai 350 juta ton. Sekitar 80% dari total produksi diekspor keluar negeri dan sisanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.

Kondisi ini sesuai dengan data Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) yang mengungkapkan bahwa produksi batu bara Indonesia hingga Agustus 2011 sudah mencapai 235 juta ton, atau 87% dari target yang ditetapkan Pemerintah. APBI pun memperkirakan hingga akhir tahun, produksi batu bara dapat mencapai 340 juta ton, ketimbang target pemerintah sebesar 270 juta ton.

Norico mengakui, saat ini permintaan sumber energi mineral memang sedang turun, sehingga harganya pun merosot. Hal ini terjadi seiring pelemahan harga minyak mentah. “Namun, harga batu bara akan segara naik, jika kodisi ekonomi membaik,”ungkapnya optimis.

Sementara Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia lebih mengkhawatirkan krisis utang di Eropa dan melambatnya ekonomi AS akan menghambat pertumbuhan China dan India, berlanjut pada turunnya pemintaan batu bara Indonesia, "Jika krisis ekonomi dunia ini meluas, maka akan berimbas pada permintaan batu bara dan kinerja emiten," katanya.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga menjadi sentimen negatif. Terutama emiten yang memiliki porsi utang dolar yang besar. Namun, potensi pelemahan kinerja baru akan terlihat tahun depan, karena emiten batu bara kebanyakan telah mengamankan kontrak penjualan tahun ini,"Jadi, tahun ini kinerja emiten batu bara masih bagus," ujar Tommy.

Sandiaga menambahkan, pasar Indonesia saat ini masih relatif cukup likuiditas, apalagi penguatan harga saham sejak awal tahun lebih banyak ditopang kuatnya pasar domestik. “Likuiditas di pasar uang antar bank juga cukup kuat, setelah BI memperlebar koridor bawah SBI, sehingga LDR bank meningkat,” katanya .

Ia mengakui, belakangan ini fluktuasi pasar saham didominasi aksi investor yang sedang melakukan reposisi portofolio. Namun, setelah sell off lanjutan di pasar valas dan obligasi, yang membuat lonjakan yield SUN ke level 10%, harga saham Indonesia mejadi sangat menarik, dengan fundamendal yang tidak mengalami banyak perubahan, bahkan masih terjadi pertumbuhan earning emiten.

Di tengah situasi ini, Sandiaga masih melihat ada potensi penguatan lebih lanjut pada saham batu bara. Pilihannya Adaro Energy (ADRO), “Rekomendasi beli untuk emiten ini,” katanya.

Sedangkan Samuel sekuritas merekomendasikan saham Bumi Resources (BUMI) karena volume penjualan kuartal tiga 2011 diperkirakan naik 27% YoY menjadi 16.5 juta ton. Dengan ASP sekitar US$92/ton maka nilai penjualan perseroan mencapi US$1.5 miliar.

Apalagi tahun ini, perseroan menargetkan produksi batu bara sebanyak 66 juta ton dengan ASP US$92/ton,”Rekomendasi belui untuk BUMI,” ucapnya.[mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar