Senin, 12 September 2011

Saham Pilihan Saat IHSG Mendatar

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG sepekan ke depan, diperkirakan mendatar. Secara teknikal, indeks sudah jenuh beli sehingga rawan profit taking pada dua hari pertama pekan ini. Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Jumat (9/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 6,89 poin (0,17%) ke level 3.998,50, dengan intraday terendah di 3.998,50 dan tertinggi di 4.028,48. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 ^JKLQ45 yang turun 4,44 poin (0,63%) ke level 705,25.

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo memperkirakan, pergerakan indeks saham domestik sepekan ke depan cenderung bergerak mendatar (flat). “Indeks dalam rentang Senin (12/9) hingga Jumat (16/9) akan bergerak dalam kisaran support kuat 3.850 dan resistance 4.075 jika terjadi penguatan signifikan ,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (9/9).

Mendatarnya pergerakan indeks, menurutnya, salah satunya dipicu oleh faktor aksi ambil untung (profit taking) pada awal pekan. Sebab, IHSG sudah jenuh beli (overbought) menurut indikator Williams %R. “Karena itu, orang akan profit taking terlebih dahulu sehingga indeks koreksi dua hari pertama sepekan ke depan,” ujarnya.

Profit taking juga dilakukan sambil wait and see terhadap ekonomi Eropa dalam sepekan ke depan. European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) sudah mempertahankan suku bunganya di level rendah masing 1,5% dan 0,5%. “Pasar mengkhawatirkan berita negatif lain di luar suku bunga. Jadi pasar wait and see,” ucapnya.

Di sisi lain, pasar juga akan mencermati paket stimulus yang diajukan Presiden AS Barack Obama senilai US$447 miliar untuk menciptakan lapangan kerja. “Pasar ingin melihat, apakah proposal itu disetujui Kongres atau tidak. Jika Kongres menyetujuinya, akan berpengaruh positif di market karena karena berpengaruh langsung di sektor berupa terciptanya lapangan kerja,” ujarnya.

Pada saat yang sama, pasar juga masih menantikan Bank Sentral AS The Fed terkait kepastian pelonggaran kuantitatif atau Quantitative Easing (QE) tahap ketiga yang bakal diumumkan pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, Kamis (22/9).

Koreksi indeks, lanjutnya, juga karena dari AS sendiri belum ada data ekonomi yang krusial berpengaruh di market sehingga belum ada sentimen penggerak pasar. Karena itu, berpeluang terjadi profit taking terutama pada saham-saham pertambangan dan perbankan yang kebanyakan sudah jenuh beli.

Pada dua hari pertama indeks cenderung tertekan karena bursa regional pun rawan koreksi sehingga terjadi rehat sementara dalam pergerakan naik di market. Setelah turun, indeks berpeluang kembali naik. Sebab, mulai Rabu (14/9) data-data AS berpeluang memberikan angin segar bagi market seperti klaim pengangguran, inflasi, dan penjualan ritel per Agustus 2011 yang diekspektasikan positif.

Karena itu, secara harian, indeks bakal bergerak fluktuatif tajam. Tapi, jika ditarik garis dari awal pekan hingga akhir pekan berpeluang mendatar (flat).

Dalam situasi ini, Praska merekomendasikan positif saham-saham berbasis domestic demand di sektor perbankan, pertambangan batu bara, konsumsi dan sektor industri dasar semen yang pola chart-nya potensial naik.

Saham-saham pilihannya adalah PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Harum Energy (HRUM), PT Bumi Resources (BUMI), PT Indo Tambang Raya (ITMG), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan PT Holcim Indonesia (SMCB). SMCB ditargetkan Rp2.200 karena cum dividend pada 12 September 2011 sebesar Rp23 per saham.

Sementara itu, untuk saham-saham second liner direkomendasikan positif saham PT Intraco Penta (INTA) dan PT Polychem Indonesia (ADMG). Secara teknikal, saham-saham tersebut potensial naik. Sebab, koreksi akhir pekan lalu, diiringi tipisnya volume transaksi. Dilihat dari sisi preferensi asing, mereka juga masuk banyak di saham BMRI, ICBP dan BUMI. “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut pada awal pekan. Kecuali BUMI, speculative buy,” imbuh Praska. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar