Senin, 12 September 2011

Tetap Cermat Berinvestasi Emas

Jakarta - Harga emas memang melonjak tinggi, namun disertai fluktuasi yang tak kalah hebat. Sebagai contoh yang terjadi pada pekan lalu ketika harga ini turun US$ 57 menjadi Rp 1.815 per troy ounce setelah sempat menembus rekor tertingginya di US$ 1.920 per ounce.

Dengan harga yang sangat fluktuatif tersebut, maka masyarakat sebaiknya cermat saat mengakumulasi emas. Jangan sampai saat harga emas naik, masyarakat juga percaya berlebihan dan terus melakukan aksi beli namun kemudian turun, dan kerugianlah yang mereka tanggung.

Menurut Kepala Riset Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero, emas tidak ubahnya spekulasi. Bukan menjadi instrumen investasi murni. Kenapa? Karena emas tidak melahirkan perputaran uang. Ia stagnan, saat transaksi jual beli usai dilaksanakan.

"Saya ngga bilang emas naik terus atau turun terus. Tapi volotile, dan besar kans untuk itu. Di sisi lain emas nggak ada cashflow-nya. Saat Anda membeli saham, walaupun harganya tinggi namun bisa menikmati dividen. Kalau obligasi, harga kemahalan, ada kupon. Anda beli properti pun kalau disewakan, ada cash flow-nya. Coba emas, dalam 1 tahun tidak akan beranak," tuturnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Fisik emas akan sama sesaat Anda pertama kali membeli, namun nilainya yang berubah. Perubahan nilai, naik atau turun, dibentuk oleh mindset.

"Orang sama-sama percaya ini (emas) akan naik dan naik. Namun kembali lagi, ini rentan. Mindset manusia berubah-ubah, kadang optimis banget atau pesimis banget," tambahnya.

Untuk itu, penekanannya adalah diversifikasi investasi. Dan jangan sampai membeli emas namun dipaksakan atau melampaui kemampuan. Apalagi dengan format gadai emas atau berkebun emas.

"Persentase 5,10,20% terserah, tapi jangan beli kemudian digadaikan lagi. Buat beli lagi emas yang sama. Nanti seperrti repo, dan apa yang terjadi di 2008, repo unwinding. Untuk investor individual yang gampang diiming-imingi, hati-hati. Dengan gadai emas, bunganya mahal banget. Saat harga turun, yang bisa ludes semuanya," tegasnya.

Peningkatan permintaan emas memang telah terjadi sejak awal Agustus 2011. Bahkan PT Logam Mulia, selaku penjual emas merasa kewahalan. Semakin banyak masyarakat yang antre di LM, terlebih saat harga emas turun hingga 3%.

Antrean pun terpaksa dibatas menjadi hanya 200 pembeli. Dengan jumlah tersebut, emas yang terjual pun sudah diatas 25 kg. Volume ini adalah yang tertinggi dibandingkan periode sebelumnya.

"Apa iya yang antre (membeli) ngerti semua tentang emas. Kalau orang berada (kaya) saat harganya nyemplung (jatuh) ya itu risikonya dia. Tapi kalau dipaksakan? kalau uang tersebut adalah uang dapur, uang untuk pendidikan?" tegasnya.

Pedagang emas pun memperlebar marjin keuntungan untuk emas dengan volume yang kecil. Padahal emas dengan satuan kecil emas, banyak dibeli oleh masyarakat berkemampuan pas-pasan.

Sebagai catatan, peningkatan harga emas dunia ternyata tidak berjalan linier pada harga saham perusahaan-perusahaan penambang emas. Saham perseroan yang tercatat di Exchange Traded Funds hanya naik 1-2%. Artinya peningkatan logam mulia dibentuk oleh persepsi, bukan fundamental ekonomi.

Sementara harga emas pada akhir pekan lalu tercatat sudah turun lagi hingga US$ 4,40 (0,24%) ke level US$ 1.855,10. Sementara harga emas murni di anak usaha PT Aneka Tambang, Logam Mulia tercatat sebesar Rp 572.000 per gram.

(wep/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar