Jumat, 07 Oktober 2011

Akhir Pekan, Ada Peluang di Saham Batu bara

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Saham pertambangan batu bara diperkirakan masih akan melesat akhir pekan ini. Selain karena terhindar dari pelambatan ekonomi dunia, membaiknya produksi dan meningkatnya permintaan menjadi katalisnya.

Hendri Effendi, analis pasar modal dari Citi Pacific Securities melihat sektor batu bara masih menarik, salah satunya PT United Tractors Tbk (UNTR). Menurutnya, penurunan permintaan ekspor yang sempat dikhawatirkan terjadi di semester 1 karena perlambatan ekonomi dunia, tidak mengganggu perseroan. “Hal ini karena produksi batubaranya banyak untuk konsumsi pasar domestik,” ucapnya kepada INILAH.COM.

Selain itu, UNTR akan membagikan dividen interim sebesar Rp185 atau dengan yield 0.9% bila menggunakan harga penutupan kemarin Rp20,550. Total pembayaran dividen mencapai Rp690 miliar, mewakili 18% dari laba bersih 2010. Adapun jadwal pelaksanaan dividen tersebut adalah cum dividen pada 27 Oktober dan pembayaran pada 11 November.

UNTR menargetkan produksi batubara mencapai 84 juta ton hingga akhir 2011. Selain itu, penjualan batu bara juga dipatok mencapai 4,5 juta ton hingga akhir 2011, atau naik 22% dari tahun lalu 3,7 juta ton. Perseroan pun berharap tahun depan bisa menggenjot produksi batubara 95 juta ton- 100 juta ton, dengan mengandalkan dua anak usahanya, PT Tuah Turangga Agung dan PT Dasa Eka Jasatama.

UNTR juga masih fokus menggarap lini utama bisnisnya, yakni penjualan alat berat, yang ditujukan untuk sektor perkebunan, konstruksi, kehutanan dan pertambangan. Hingga Agustus kemarin, UNTR sudah berhasil menjual 6.650 unit alat berat, dimana 5.650 unit alat berat merek Komatsu dan 1.000 unit bermerek UD Trucks.

Sementara sepanjang September lalu, UNTR berhasil menjual lebih dari 700 unit alat berat, atau 80% dari target 2011. Pencapaian ini didukung permintaan batubara, harga komoditas batubara, tingkat suku bunga pinjaman, keadaan cuaca, dsb.

Perlambatan ekonomi dunia memang diramalkan berimbas negatif pada sektor batubara. Salah satunya riset Merryl Lynch yang menyebutkan mulai terjadi penurunan minat atas saham batubara Indonesia, karena investor mengkhawatirkan harga komoditas batubara yang selama ini stabil diperkirakan akan anjlok seiring perlambatan ekonomi dunia.

Namun, Merryl Lynch (ML) yang masih memberi rating overweight untuk saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Menurutnya, larangan ekspor batubara kalori rendah tidak otomatis menciutkan pasar ITMG, tapi justru memberi peluang untuk melakukan akuisisi aset-aset baru. “Hal ini karena ITMG yang paling kuat posisi cash-nya, terlihat dari yield dividend yang dibagikan,” katanya.

Hendri juga menilai saham ITMG masih memiliki prospek menarik. Hal ini terkait potensi perseroan yang masih akan mengalami pertumbuhan laba, “Terindikasi pada besarnya dividend interim yang dibagikan ITMG,” ujarnya.

Perusahaan tambang batubara ITMG membagikan dividen interim 2011 sebesar Rp1.168 per saham atau 75% dari laba bersih semester pertama 2011 sebesar US$205 juta. Laba bersih perseroan tercatat naik 53% menjadi US$205,33 juta dibandingkan periode sama sebelumnya US$134,14 juta. Kenaikan ini didukung penjualan bersih ITMG yang naik 19% menjadi US$970,3 juta.

Kendati ada peningkatan laba, produksi batubara paruh pertama 2011 hanya 11 juta ton. Kondisi memburuknya cuaca pada kuartal dua kemarin, berimbas pada pasokan komoditas. Alhasil, target sebesar 700 ribu ton dari tambang Indominco Mandiri tidak tercapai.

Namun, membaiknya cuaca pada kuartal tiga ini memungkinkan ITMG meraih target produksi 24,5 juta ton hingga akhir tahun. Hal ini didukung kontribusi dari tambang Bharinto dan Tandung Mayang. “Selain tingginya permintaan batu bara dari China,”kata Syaiful Adrian dari Ciptadana Sekuritas.

Ia menambahkan, China saat ini masih kekurangan pasokan akibat banjir yang mengganggu distribusi. Hal ini akan menguntungkan ITMG, “Rekomendasi beli saham ini dengan target harga bisa mencapai Rp59.000,” ujarnya.

Samuel Sekuritas juga memberi rekomendasi beli untuk saham batubara Bumi Resources (BUMI) dan TB Bukit Asam (PTBA). Hal ini didukung harga komoditas yang cenderung naik. “BUMI memiliki target harga Rp3.950 dan PTBA Rp27.500,” ungkapnya.

Sentimen positif PTBA didukung ekspektasi target laba bersih 2011 senilai Rp3 triliun. Optimisme ini didukung naiknya perkiraan pencapaian produksi dan pembelian tahun ini sebesar 14,4 juta ton atau naik 13% dibanding realisasi penjualan 2010 sebesar 12,9 juta ton. Selain naiknya kinerja angkutan kereta api dan harga batubara yang sampai akhir 2010 terus membaik.

PTBA juga menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp2.8 triliun untuk 2012. Namun, ini belum termasuk alokasi dana untuk menambah saham di PT Bukit Transpacific Railway (BATR) sebesar 20%. Dana itu untuk membiayai pembangkit listrik yaitu PLTU 2x300 MW di Sumatera Selatan dan Riau. Sementara produksi tahun ini diperkirakan dapat mencapai 14.5 juta ton. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar