Kamis, 20 Oktober 2011

IHSG Membentuk Wave B, Bermainlah Cepat!

INILAH.COM, Jakarta – Berdasarkan Fibonacci, IHSG membentuk ‘wave b’ yang menandakan tahap bullish hingga November atau Desember. Tapi, pasar harus bermain cepat karena faktor krisis AS dan Eropa.

Pada perdagangan Rabu (19/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 63,28 poin (1,75%) ke level 3.685,3060. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang naik 12,78 poin (1,99%) ke angka 654,015.

Wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan, indeks saham domestik saat ini berada dalam tahap rebound. Setidaknya, berdasarkan kalkulasi Fibonacci yang sedang membentuk ‘wave b’.

Dia memperkirakan, indeks saham domestik bisa menguat hingga November atau Desember. Hanya saja, tanggal atau timing-nya sulit dipastikan. “Level support IHSG berada di level 3.200 dan resistance pertama di angka 3.730 yang merupakan Moving Average (MA) 200. Lalu, resistance berikutnya di level 3.822 yang merupakan Fibonacci retracement 61,8%,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (19/10).

Dia menegaskan, resistance 3.730 pecah, indeks mengarah ke 3.822. Resistance berikutnya 4.020 dan 4.195 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah bursa Indonesia. “Tapi, kisaran ini tidak bisa dipatok di level berapa hingga akhir 2011 atau kapan tercapai. Itu tergantung perkembangan dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, penguatan indeks juga karena pasar berharap beberpa kebijkan yang akan diambil Uni Eropa pada KTT yang puncaknya pada Minggu 23 Oktober, akan menyelesaikan masalah. Pada saat yang sama, indeks juga mendapat dukungan dari laporan kinerja emiten untuk kuartal III-2011 yang sudah diperkirakan positif.

Namun demikian, Nico mengingatkan, setiap kali kenaikan, IHSG terancam untuk berpeluang kembali anjlok. Saat ini, pergerakan market mengekor pergerakan bursa internasional. “Jika bursa global naik, IHSG juga naik dan begitu sebaliknya. Sejauh ini, pergerakan indeks masih seperti itu,” tandasnya.

Menurutnya, yang paling dominan berpengaruh sekarang adalah faktor eksternal. Karena itu, dia menyarankan agar pasar tetap mengikuti perkembangan di Eropa dan Amerika Serikat. Pasar juga harus mencermati soal pertumbuhan ekonomi China yang sudah mulai melemah ke level 9,1% untuk kuartal III-2011 dari kuartal sebelumnya 9,5%.

Tapi, apapun yang terjadi, Nico berpendapat, pada 2012 akan menjadi outlook bursa saham yang cukup suram. Karena itu, investor domestik harus siap-siap. “Saat ini, masih terlalu banyak orang yang mengharapkan sesuatu yang tidak bisa diharapkan,” ungkapnya.

Apapun yang dilkukan oleh pembuat kebijakan di luar negeri, baik di Eropa maupun AS, tidak akan banyak membantu apalagi menyelesaikan masalah. “Sebab, masalah krisis utang di AS dan Eropa adalah structural bukan cyclical,” ungkapnya.

Apapun yang AS atau Uni Eropa lakukan hanya sebatas band-aid (plester untuk luka ringan). Jadi, saat ekonomi sakit hanya di-lap padahal sakitnya lebih mengerikan. “Jadi, karena luarnya di-lap, tampak oke-oke saja, tapi di dalamnya sakit berat,” paparnya.

Nico menganalogikan, AS dan Eropa saat ini dibaratkan seperti Titanic yang sedang menabrak gunung es sehingga makin banyak air yang masuk. “Bagi investor pilihannya ada dua apakah akan siap-siap atau akan pura-pura tidak ada masalah,” tutur Nico.

Kebanyakan orang yakin, lanjutnya, pemegang kebijakan Uni Eropa dan AS bakal mampu menyelesaikan permasalahannya. “Menurut saya, masalah utamanya tidak mungkin terselesaikan. AS dan Eropa akan menderita hingga 5-10 tahun ke depan. Hal itu sudah dipastikan,” tegas Nico.

Menurutnya, pada akhirnya, tidak ada solusi atas krisis utang Eropa dan AS sehingga indeks berpeluang turun lagi. Jadi, pasar harus kritis atas apa yang diberitakan media masa.

Hanya saja, Nico menggarisbawahi, kondisi itu justru akan sangat positif bagi bursa Indonesia untuk jangka panjang. Sebab, investor asing akan melihat bursa saham Indonesia sangat murah. “Tapi, untuk jangka pendek, investor domestik harus melihat kenyataan buruk dan setelah itu akan bangkit lagi,” ucapnya.

Sebab, Indonesia merupakan bursa yang paling menjanjikan dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang Nico optimistis, tapi harus melalui situasi terburuknya. Sebab, AS dan Eropa mengalami kesulitan yang sangat berat. “Di Yunani saat ini terjadi demo dan cukup brutal. Artinya, masyarakat Yunani sudah tidak bisa menerima kondisi mereka lagi sekarang dan ke depannya akan semakin brutal dan keras lagi,” ungkap Nico.

Dalam situasi itu, Nico menyarankan, pelaku pasar lebih baik bermain trading jangka yang sangat pendek. Jika suatu saham turun banyak, langsung beli, dan jika menguat banyak langsung jual. “Tapi, jika IHSG turun ke bawah 3.200-an yang merupakan level terendahnya, hentikan trading,” kata Nico mewanti-wanti.

Menurutnya, jika itu yang terjadi, lebih baik menunggu hingga IHSG turun ke level 2.275 (Fibonacci retracement 61,8%) hingga level 2.650 (Fibonacci retracement 50%). Di level-level tersebut, baru bisa masuk ke market. “Ini merupakan target saya untuk 2012,” bebernya.

Saham-saham bluechips pilihannya adalah PT Bukit Asam (PTBA), PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Alam Sutera Realty (ASRI) dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN).

Untuk second liner, direkomendasikan PT Intraco Penta (INTA), PT Clipan Finance Indonesia (CFIN), PT BW Plantation (BWPT), PT Tunas Baru Lampung (TBLA) dan PT Berau Coal Energy (BRAU).

Dia merekomendasikan untuk trading dengan jangka yang sangat pendek. Jika sudah untung 3-4 poin di atas level pembelian bisa langsung realisasikan keuntungan dan jika turun, bisa mengambil posisi 3-4 poin di bawah harga pembelian. “Secara persentase, jual 5% di atas dan beli 5% di bawah,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar