Rabu, 23 November 2011

Awas, krisis global menular ke Asia

Awas, krisis global menular ke Asia
JAKARTA. Sinyal bahaya krisis keuangan Eropa mulai menyala di Asia. Bank Dunia memperingatkan, dalam waktu dekat, Asia bakal terkena dampak krisis Eropa. "Ketidakpastian Eropa dan perlambatan pertumbuhan global mempengaruhi ekonomi Asia Timur," kata Bert Hofman, Kepala Ekonom Bank Dunia wilayah Asia Timur dan Pasifik, Selasa (22/11).

Ekonomi Asia memang masih tumbuh. Bank Dunia memprediksi, tahun ini, ekonomi Asia tumbuh 8,2%. Namun pertumbuhan tahun depan melambat menjadi 7,8%. Penyebabnya, pertumbuhan Eropa melemah dan turunnya harga komoditas. Menurut Hofman, pertumbuhan 7,8% tercapai, asal Asia bisa memacu produktivitas dan permintaan pasar domestik.

Selama ini, banyak negara Asia terlalu bertumpu pada ekspor. Kondisi ini sangat rentan, mengingat permintaan produk manufaktur dan komoditas di Eropa dan Amerika Serikat (AS) melemah.

Kondisi Asia diperparah bencana banjir di Thailand. Banjir memukul sejumlah sektor, mengingat Thailand adalah basis produksi otomotif dan elektronik dunia.

Mengutip Bloomberg sejatinya Asia sudah mendeteksi sinyal melemahnya pertumbuhan. Mereka memilih menjaga pertumbuhan ekonomi ketimbang memerangi inflasi. Contohnya, bulan ini, Australia dan Indonesia memangkas suku bunga acuan. Sementara Oktober lalu, Filipina meluncurkan paket stimulus fiskal untuk memacu perekonomian

Dampak di perdagangan Indonesia memang tidak begitu terasa. Sebab, perdagangan Indonesia ke Eropa relatif terbatas. “Sumbangan ekspor bila dikurangi impor terhadap produk domestik bruto (PDB) cuma 10%,” kata Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Sugandi.

Tapi, ada faktor lain yang menghambat perekonomian, yakni ketergantungan tinggi kepada aliran uang panas (hot money) yang masuk. Ekonom Bank Mandiri, Destri Damayanti menyarankan pemerintah mendongkrak pasar domestik. "Juga mencari negara tujuan ekspor baru," ujarnya.

Untuk mendongkrak pasar domestik, pemerintah harus menggenjot realisasi belanja modal lebih awal. Dengan begitu, banyak realisasi proyek infrastruktur terealisasi. "Sehingga mendorong sektor riil," ujar pengamat ekonomi David Sumual.

Ketiga ekonom ini memperkirakan, perekonomian Indonesia tahun depan tumbuh di kisaran 6%-6,4%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar