Senin, 14 November 2011

IHSG Bertahan, Koleksi Saham 'Bluechips'

INILAH.COM, Jakarta – Bursa saham Tanah Air pada Senin (14/11) akan bertahan dan bullish jangka pendek. Fokus pada saham unggulan berperforma baik seperti BBRI, BMRI, INTP, SMGR, JSMR, KLBF, GGRM, ASII dan UNTR.

Analis pasar saham Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere memperkirakan, support IHSG pekan ini akan berada di 3.775 sementara resistance di 3.875. Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang membentuk wave B dan bergerak dalam channel line naik.

“Selama support tetap bertahan, masih ada harapan bahwa bursa saham Indonesia bullish dalam jangka pendek,” katanya, kemarin.

Nico menyatakan, setelah keluar dari wave B, pasar untuk jangka menengah akan memasuki wave C, kemudian turun dan membentuk lower low serta kemungkinan besar turun sampai level 2.000-an.

Ia pun menyarankan investor untuk membatasi diri hanya trading jangka pendek (one-day trading atau swing trading),"Karena bursa saham global dapat terkoreksi secara signifikan tanpa peringatan apapun,” ujarnya.

Risiko saat ini, lanjutnya, jauh lebih besar ketimbang keuntungan yang diperoleh. Apalagi, Bank Indonesia (BI) secara tak terduga menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin ke 6%. Langkah ini bisa menekan kurs rupiah dan menaikkan inflasi tahun depan.

“Dalam kondisi seperti ini, fokus saja ke saham-saham blue chips dengan kinerja bagus dan cash flow sehat,” ujarnya.

Beberapa saham yang direkomendasikan Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Indocement Tunggal Prakasa (INTP), Semen Gresik (SMGR), Jasa Marga (JSMR), Kalbe Farma (KLBF), Gudang Garam (GGRM), Astra International (ASII) dan United Tractor (UNTR).

Sementara pengamat pasar modal MNC Securities Edwin Sebayang menyatakan, sentimen positif di bursa Wall Street merebak setelah prediksi perekonomian Amerika Serikat (AS) untuk November naik di atas konsensus para ekonom.

Selain meningkatnya sentimen konsumen ke level tertinggi selama lima bulan terakhir, serta mencatatkan kenaikan tiga bulan berturut-turut. “Ini adalah sinyal yang sangat menggembirakan bagi sebuah perekonomian,” ujarnya, dihubungi terpisah.

Menurutnya, bagi negara yang belanja konsumennya menyumbang 70% aktivitas perekonomian, data menggembirakan itu menjadi faktor pendorong. Indeks Dow Jones menguat tajam hingga 2,19%, diikuti turunnya indeks kekhawatiran investor.

Membaiknya data perekonomian AS, dibarengi kenaikan harga minyak mendekati level US$100 per barel dan emas mendekati US$1.800 per ounce, mengindikasikan optimisme pasar atas perkembangan pertumbuhan ekononomi negara tersebut.

Optimisme ini diikuti sedikit kestabilan di Eropa, setelah parlemen Italia meloloskan undang-undang anggaran baru yang merupakan persetujuan akhir mengenai paket bantuan darurat. “PM Italia Silvio Berlusconi mengundurkan diri dan menunjuk Mario Monti sebagai penggantinya. Sementara PM baru Yunani Lucas Papademos akan membentuk kabinet krisis baru,” lanjut Edwin.

Juga di pasar negara berkembang serta serta China yang menjadi pusat permintaan energi di kawasan. Sentimen dalam negeri terdongkrak langkah agresif BI. “Langkah BI diharapkan membuat perbankan ekspansif lempar kredit dan memacu pertumbuhan ekonomi,” tandasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar