Senin, 14 November 2011

Inilah Target Harga Saham Bank 2011 & 2012

INILAH.COM, Jakarta – Pemangkasan BI rate dinilai berimbas positif bagi saham sektor perbankan. Suku bunga kredit dan NPL berpeluang turun. Inilah target-target harga saham keuangan ini.

Pada perdagangan Jumat (11/11) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah tipis 5 poin (0,13%) ke level 3.778,885. Harga intraday tertingginya mencapai 3.800,289 dan terendah 3.764,887. Saham-saham sektor keuangan turun 0,20% ke level 511,13.

Saham BMRI ditutup stagnan di level Rp7.150; BBRI turun Rp50 (0,72%) ke level Rp6.850; BBNI stagnan di level Rp3.950; BBCA stagnan pada angka Rp8.150; dan BDMN turun Rp75 (1,53%) ke level Rp4.800.

Kepala Riset Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, saham-saham sektor perbankan paling terimbas positif oleh pemangkasan BI rate dan multiplier effect-nya ke saham-saham di sektor lain. Ia menilai, pemangkasan suku bunga acuan ini karena momentum rendahnya inflasi hingga Oktober 2011 yang mengalami deflasi 0,12% dan 4,42% (year on year).

Karena itu, kata Alfian, meski diturunkan 50 basis poin ke 6%, BI rate masih memberikan real interest rate yang masih positif. Apalagi, beberapa bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuannya seperti European Central Bank (ECB) dan Bank Sentral Australia (RBA). “Dengan BI rate di level 6% dan inflasi 4,42%, real interest rate masih positif 1,58%,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Angka ini, lanjutnya, masih tinggi dibandingkan real interest rate China. Meski suku bunga acuannya lebih tinggi dari BI rate yakni di level 6,5%, inflasi China mencapai 5,5% (year on year) sehingga real interest rate-nya lebih rendah jadi 1,06%.

Bagi emiten di sektor perbankan, menurutnya, penurunan BI rate bakal diikuti penurunan suku bunga kredit. Akibatnya, rasio Non Performing Loang (NPL) pun akan terjaga bahkan cenderung turun. “Debitur pun mendapatkan suku bunga yang lebih baik,” tandas Alfian.

Permintaan kredit pun bakal naik sehingga sektor lain juga terimbas positif. Sebab, bank menjadi sumber pendanaan utama untuk membiayai belanja modal maupun ekspansi. “Jadi, sektor riil secara umum bisa berjalan dan mendorong perekonomian,” tandas Alfiansyah.

Ia menegaskan, kenaikan sektor kredit, jelas berpengaruh positif bagi sektor perbankan terutama bank-bank papan atas milik pemerintah. “Sebab, bank-bank BUMN seperti BRI, Mandiri, dan BNI selalu mengutamakan kredit bagi perusahaan pemerintah. Bank swasta pun terbawa pengaruh positifnya seperti BBCA dan Danamon,” paparnya.

Secara valuasi Price Earning Ratio (PER), lanjut Alfiansyah, saham-saham BUMN cukup atraktif. Sebab, masih di bawah level rata-rata valuasi sektornya 14,48 kali untuk 2011 dan 13,06 kali untuk 2012.

Valuasi PT Bank Mandiri (BMRI) di level 13,9 kali untuk 2011 dan 11,6 kali 2012. PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 12,54 kali di 2011 dan 9,56 kali untuk 2012. Begitu juga dengan PT Bank Negara Indoensia (BBNI) di level 13,41 kali di 2011 dan 12,4 kali untuk 2012.

Sementara itu, PT Bank Central Asia (BBCA) sudah jauh di atas valuasi rata-rata industri di level 20,83 kali untuk 2011 dan 19,9 kali untuk 2012. Begitu juga PT Bank Danamon (BDMN) dengan PER di level 15,69 kali pada 2011 dan 15,39 kali untuk 2012. “Jadi target harga saham-saham perbankan adalah 14,48 kali untuk tahun ini berdasarkan guideline company method,” paparnya.

Alfiansyah mencontohkan, saham BBRI yang saat ini diperdagangkan di level Rp6.950. Karena itu, PER industri 14,48 kali dibagi PER emiten 12,54 kali lalu dikali Rp6.950. “Karena itu, ada potential upside ke level Rp8.050 hingga akhir tahun,” ucapnya.

Cara menghitungnya, kata Alfian, PER industri perbankan dibagi (/)dengan PER emiten lalu dikali ( x) harga saham. Itulah target harganya. “Saya rekomendasikan buy saham-saham tersebut. Sementara untuk BBCA dan BDMN lebih cocok untuk spekulasi karena PER yang sudah berada di atas industrinya,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar