Senin, 14 November 2011

Saham Bank Diuntungkan BI Rate

INILAH.COM, Jakarta – Pemangkasan BI rate 50 basis poin (0,50%) ke level 6% pekan lalu, dinilai bisa memangkas cost of fund perbankan dan mendongkrak margin. Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Jumat (11/11) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah tipis 5 poin (0,13%) ke level 3.778,885. Harga intraday tertingginya mencapai 3.800,289 dan terendah 3.764,887. Saham-saham sektor keuangan turun 0,20% ke level 511,13.

AG Pahlevi, analis dari PT Andalan Artha Advisindo Securities menilai, secara umum, pemangkasan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin, ke level 6% sangat positif pengaruhnya ke saham-saham di sektor perbankan. Sebab, lanjutnya, secara historis, suku bunga deposito paling cepat menyesuaikan dengan pemangkasan BI rate itu.

Sementara itu, lanjutnya, dari sisi lending rate biasanya tetap flat. Jadi, secara umum, pemangkasan BI rate membantu mengurangi cost of fund dan mendongkrak net interest margin sehingga semakin baik bagi perbankan. “Sebab, bunga deposito turun sementara lending rate tidak,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Di sisi lain, lanjutnya, Non Performing Loan (NPL) juga bisa terbantu yang rata-rata industri mencapai 3%. Angka ini merupakan level terendah sehingga beban provisi bank pun semakin rendah. “Begitu juga dengan BI rate yang merupakan level terendah sepanjang sejarah Indonesia,” ucapnya.

Karena itu, Pahlevi menyimpulkan, bottom line earnings dan growth perbankan pun akan semakin tinggi. Begitu juga dengan book value dan potential upside valuasi sahamnya.

Hanya saja, ia mencemaskan, rata-rata loan to deposit ratio (LDR) perbankan saat ini yang mencapai 83% per Oktober 2011. Angka ini, berada di atas batas yang ditentukan Bank Indonesia (BI) pada level 78-100%. “Angka tersebut, juga merupakan rekor tertinggi setelah krisis 2008,” ujarnya.

Menurut Pahlevi, pada September 2011, beberapa bank sudah mengalami kesulitan likuiditas. Karena itu, meski BI rate turun, bisa saja cost fund dibiarkan tetap. “Tujuannya, agar ada insentif untuk suku bunga tabungan (saving),” ujarnya.

Di atas semua itu, Pahlevi menegaskan, semua saham sektor perbankan tetap diuntungkan oleh pemangkasan BI rate. “Tapi, yang paling terpengaruh positif tentu saham-saham bank dengan valuasi Price Earning Ratio (PER) paling murah,” ucapnya.

Dia masih menjagokan saham PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Central Asia (BBCA) dan PT Bank Negara Indoensia (BBNI). “Emiten-emiten itu, memiliki posisi dana murah yang cukup tinggi sehingga bisa dengan mudah memenuhi cost of fund,” tandas Pahlevi.

Apalagi, posisi LDR, keculai BBRI, masih rendah di bawah rata-rata industrinya sehingga masih besar potensi untuk menyalurkan kreditnya. LDR-nya masih di bawah ketentuan BI, 78-100%. BBRI sudah di atas 80%,” ungkapnya.

Saham yang paling murah menurutnya, adalah BMRI dengan 2,3 kali Price to Book Value Ratio (PBV). Angka ini masih di bawah harga rata-rata historis PBV-nya. Karena itu, masih ada potential upside 0,7 kali untuk mencapai history PBV-nya itu hingga Agustus-September 2012.

Di sisi lain, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), cukup mendukung di level 16%. NPL-nya juga berkurang atau terdiskon dibandingkan rata-rata industrinya 3%. Sementara itu, valuasi BBCA memang yang paling mahal di industrinya. “Tapi saya berpendapat, potential upside-nya masih ada. Saya rekomendasikan buy saham-saham tersebut untuk target hingga akhir tahun,” imbuh Pahlevi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar