Kamis, 17 November 2011

Risiko kian turun, investasi akan deras

JAKARTA. Boleh jadi pemodal asing akan gencar lagi masuk ke Indonesia. Maklum risiko investasi di Indonesia dipandang semakin rendah. Salah satu indikatornya, credit default swap (CDS) kita yang cenderung menurun.

Per 15 November lalu, CDS Indonesia untuk surat utang bertenor 10 tahun tercatat 161,21. Lebih rendah dari CDS dengan tenor yang sama dari negara-negara Eropa.

Indikator lainnya, imbal hasil alias yield obligasi Indonesia yang kian rendah. Ambil contoh, yield sukuk global sebesar US$ 1 miliar bertenor 10 tahun yang terbit Senin lalu, hanya 4% per tahun. Bandingkan dengan obligasi terbitan Pemerintah Italia senilai US$ 3 miliar bertenor lima tahun yang memiliki yield 6,2% per tahun.

"Profil risiko Indonesia sekarang lebih rendah, kepercayaan investor kepada Indonesia lebih tinggi," kata Direktur Pembiayaan Syariah Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Dahlan Siamat, Rabu (16/11). Bahkan, kata dia, posisi kita disamakan dengan negara peraih investment grade.

Ke depan, kata Perry Warjiyo, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, profil risiko Indonesia masih terus membaik sehingga yield obligasi pemerintah masih akan turun. Catatan BI, sejak 15 Agustus hingga 15 November, yield obligasi pemerintah turun 55 basis poin. Sejak akhir Desember 2010, turun hingga 138 basis poin atau 1,38%. Bandingkan dengan Malaysia (0,33%), Thailand (0,3%) dan Filipina (0,21%).

Imbasnya, arus modal asing akan deras mengalir ke Indonesia dan lebih kepada investasi jangka panjang. Apalagi seiring dengan peluang dinaikkannya peringkat Indonesia menjadi investment grade. Prediksi BI, "Paling lambat kuartal I/2012, peringkat Indonesia menjadi investment grade," kata Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia.

Analis obligasi NC Securities, I Made Adi Saputra bilang, kendati suku bunga acuan (BI rate) turun dan yield obligasi mengikuti, toh pemodal asing akan tetap masuk. “Mereka tidak punya pilihan,” ujar dia.

Rendahnya profil risiko Indonesia juga menguntungkan sektor swasta. Menurut Dahlan, inilah saatnya bagi swasta mencari sumber pendanaan dengan bunga lebih murah.

Namun ekonom Universitas Gadjah Mada Anggito Abimanyu menyayangkan, dana-dana asing yang masuk tersebut hanya sampai ke obligasi sehingga tidak terlalu memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seharusnya uang yang masuk tidak hanya ke pasar uang atau pasar modal saja, tapi juga sampai ke sektor riil. Dus, ekonomi Indonesia bisa berputar lebih kencang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar