Kamis, 05 Mei 2011

Koreksi Emas Gerus Nilai Tukar Rupiah


INILAH.COM, Jakarta – Rupiah kembali melemah meski indeks saham domestik ditutup positif. Koreksi harga emas akibat kenaikan biaya margin requirement memicu tumbuhnya risk aversion yang menjadi tekanan terhadap pasar.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh pengalihan dana dari aset-aset berisiko (risk aversion) dan memiliki yield lebih tinggi termasuk rupiah ke aset safe haven dengan tingkat yield yang rendah tapi aman.

Kondisi itu, dipicu oleh pelemahan harga komoditas emas akibat tingginya biaya tranasaksi (margin requirement) di bursa luar negeri. Sejak pekan lalu, terjadi kenaikan margin requirement hingga tiga kali pada Jumat (29/4), Senin (2/5) dan Rabu (4/5).

"Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.568 dan 8.556 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (5/5). Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (5/5) ditutup melemah 18 poin (0,21%) menjadi 8.567/8.577 per dolar AS dari posisi kemarin 8.549/8.553.

Lebih jauh Christian mengatakan, kenaikan biaya transaksi dipicu oleh harga emas sendiri yang sudah mencapai rekor. "Ditakutkan terjadi gelembung (bubble) baru sehingga regulator bursa komoditas di Chicago Mercantile Exchange menaikkan margin requirement (dana deposit yang harus disetor untuk jaminan membuka satu lot posisi)," paparnya.

Akibatnya, terjadi eksodus pemilik modal dari komoditas itu. Harga emas dan perak pun melemah. Harga emas saat ini di level US1,513,58 per troy ounce dari sebelulmya US$1,560. "Kondisi itu, memicu keengganan pasar atas aset berimbal hasil tinggi tapi berisiko (risk aversion)," imbuhnya.

Kondisi ini, ditegaskan Christian, memicu profit taking di emas selain karena faktor momentum setelah mencapai rekor tertinggi. Di sisi lain, lanjutnya, pelemahan emas juga dipicu profit taking Soros Fund Management yang mengurangi posisi emasnya. Sebab, risiko deflasi sudah jauh berkurang. "Ini berbeda dengan investor lain yang membeli emas untuk proteksi inflasi, sedangkan Soros untuk proteksi deflasi," ungkapnya.

Sementara itu, dolar AS ditransaksikan variatif terhadap mata uang utama. "Terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa) dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,4871 dari sebelumnya US$1,4827 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, Kepala Riset Recapital Securities Pardomuan Sihombing mengatakan, penguatan tipis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) 1,34 poin (0,04%) ke level 3.816,272 dipicu oleh penurunan di sesi pertama yang justru dimanfaatkan oleh investor untuk mengakumulasi saham-saham unggulan (bluechips) di beberapa sektor seperti pertambangan, aneka industri dan perkebunan.

Pada saat yang sama, dia memaparkan, investor asing sejak awal pekan ini hingga sekarang masih mencatatkan nilai transaksi beli bersih (net foreign buy) hingga mencapai Rp1 triliun. Sebab, kinerja berbagai emiten di kuartal I/2011 masih positif.

Lalu, inflasi April terkendali bahkan mencatatkan deflasi 0,31%. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, Gross Domestic Product (GDP) RI pada kuartal I/2011 mencapai 1,5% dan 6,5% (year on year). Karena itu, indeks justru ditutup menguat tipis setelah melemah sepanjang perdagangan. “Dalam waktu yang tak lama lagi, angka IHSG di level 4.000 akan segera tercapai,” timpalnya. [mdr]
http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1485172/koreksi-emas-gerus-nilai-tukar-rupiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar