Selasa, 20 September 2011

Hanya Intervensi BI Bisa Redam Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (20/9) diprediksi melemah. Negatifnya ekspektasi atas data Producer Price Index (PPI) dan sentimen konsumen jadi pemicunya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, rupiah berpeluang konsolidasi cenderung melemah. Salah satunya dipicu oleh sentimen dari Australia yaitu Monetary Polecy Meeting Minutes. Bank Sentral Australia akan memberikan argumentasi tambahan bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunganya.

Menurutnya, suku bunga The Reserve Bank of Australia (RBA) bakal tetap dipertahankan di level 4,75%. Tapi justru RBA masih bakal menurunkan suku bunganya untuk menopang perekonomian. "Karena itu, rupiah berpeluang konsolidasi melemah dalam kisaran 8.820-8.870 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Lalu, pelemahan rupiah juga karena momentum jelang penutupan bursa Eropa yang akan dirilis data Producer Price Index (PPI) Jerman yang diperkirakan melambat. Angkanya diperkirakan turun jadi 0,2% dari sebelumnya 0,7%. "Artinya, tekanan inflasi di Eropa berkurang. Karena itu, ada ruang bagi Bank Sentral Eropa untuk melonggarkan moneternya," ucapnya.

Lalu, pada pukul 16.00 WIB, akan dirilis data Sentimen Konsumen Jerman yang diperkirakan semakin memburuk sehingga semakin memperkuat dolar AS. Angkanya diperkirakan jadi -43,9 dari sebelumnya -37,6. "Untuk saat ini, hanya intervesi BI yang mampu meredam pelemahan rupiah. Di sisi lain, pelemahan rupiah akan tertahan karena pasar menahan diri sambil menunggu Federal Open Market Committee, pada Kamis (22/9)," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (19/9) ditutup melemah tajam 85 poin (0,97%) ke level 8.840/8.860 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar