Selasa, 20 September 2011

Melirik Peluang Akumulasi di Saham Perbankan

Headline
INILAH.COM, Jakarta- Bursa saham domestik masih memerah hari ini. Namun, ada peluang akumulasi untuk antisipasi teknikal rebound dari saham sektor perbankan. Apa saja pilihannya?

Tim riset Macquarie Capital Securities memberi rekomendasi overweigt untuk sektor perbankan Indonesia. Meningkatnya resiko default obligasi Yunani, telah memicu peralihan investor ke aset safe haven berdenominasi dolar AS.

Namun, sektor perbankan dalam negeri belum terganggu volatilitas di pasar forex. Menurutnya, fluktuasi di pasar forex relatif terbatas, karena eksposur utang valas perbankan Indonesia relatif rendah. “Selain itu, rasio posisi net open juga rendah,”katanya kepada INILAH.COM.

Adapun situasi likuiditas perbankan Indonesia jauh lebih kuat ketimbang 2008. Ini terlihat dari rasio aset likuid bank terhadap total deposito yang masih 18%. Perbankan seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Danamon (BDMN) dan Bank Mandiri (BMRI), memiliki rasio likuiditas yang masih tinggi.

Hal ini didukung permodalan bank yang berada dalam posisi kuat. Sepanjang tahun ini, perbankan Indonesia sudah melakukan penambahan modal, yang menyebabkan CAR perbankan rata-rata sudah di 15%.

BI juga akan menurunkan suku bunga acuan jika krisis utang di Eropa terus memburuk,”Penurunan BI rate ini akan menambah likuiditas di sistem perbankan,” katanya.

Terkait beberapa sentimen tersebut, Macquarie menyarankan beberapa saham pilihan. Seperti BBRI dengan target harga di Rp8.000. Emiten ini kini diperdagangkan dengan P/E 2011 sebesar 13,1 kali.

Saham pilihan kedua adalah Bank Danamon (BDMN), dengan P/E 2011 sebesar 14,6 kali dan target harga Rp6.500. Kemudian BMRI dengan P/E 2011 mencapai 11,9 kali dan target harga Rp9.000, serta BBNI dengan P/E 2011 sebesar 13,6 kali dan target harga Rp5.000 per lembarnya.

Yuganur Wijanarko dari HD Capital juga masih menyarankan sektor perbankan. Salah satunya adalah BMRI. Ia menilai, Bank pemerintah mempunyai basis dana untuk memberikan pinjaman berupa obilgasi RI, dimana nilainya akan makin menyusut bila terjadi pergerakan tajam di dolar AS.

Namun, bila terjadi koreksi akibat hal tersebut, bisa dijadikan kesempatan trading karena sebagian besar pelaku pasar sudah mulai memfaktorkan hal ini. “Rekomendasi beli dengan target harga di Rp6.450,” ujarnya.

Saham lain pilihan Yuga adalah BBCA. Menurutnya, bila terjadi tekanan di sektor perbankan, otomatis investor asing akan melirik bank dengan valuasi PER tertinggi (mahal). Seperti BBCA yang mempunyai net profit margin tertinggi atas loan portofolionya. “BBCA masih menarik, dengan target harga di level Rp7.950,”katanya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar