Rabu, 27 April 2011

Masih Tertekan, Pilih Saham Berdividen

INILAH.COM, Jakarta – Bursa saham Indonesia pada perdagangan Rabu (27/4) diperkirakan melemah. Namun, investor bisa mencermati saham-saham unggulan yang akan membagi dividen.

Vice President Research dari Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan, IHSG hari ini masih akan terkoreksi. Menurutnya, setelah menembus level 3.800, IHSG memang harus melalui periode konsolidasi. “Jadi tidak heran bila IHSG terus tertekan,” katanya kepada INILAH.COM.

Ia menuturkan, biasanya memasuki Mei, secara historis indeks tertekan karena musim pelaporan kinerja keuangan dan pembagian dividen sudah berakhir.

Faktor eksternal yang patut dicermati adalah Federal Open Market Commitee (FOMC) meeting yang kemungkinan besar tidak ada keputusan kenaikan suku bunga. Namun, sinyal The Fed akan menghentikan program quantitative easing cukup kuat.

Nico menilai, faktor ini yang akan membuat gelombang tekanan jual di pasar keuangan dan memicu penjualan saham dan aset berisiko seperti komoditas. “Karena dengan berhentinya program quantitative easing, maka likuiditas di pasar keuangan menjadi ketat dan dolar AS otomatis akan kembali menguat,” ujarnya.

Di tengah situasi ini, investor diharapkan fokus pada emiten yang masih membagi dividen, terutama saham-saham berkapitalisasi besar (big cap). Namun, memilih emiten yang membagi dividen juga harus melihat kinerja sektoral, bukan semata hanya pay out ratio.

“Misalkan sektor komoditas, semen dan telekomunikasi yang masih mampu mencetak cashflow tinggi, sehingga bisa bagi dividen, tanpa mengganggu rencana ekspansi perusahaan,”paparnya.

Beberapa saham yang direkomendasikan adalah Telekomunikasi (TLKM) dengan yield dividen sekitar 4%. Kemudian TB Bukit Asam (PTBA) dan Indocement (INTP).” Investor bisa pilih saham-saham ini,” ujarnya.

Pada perdagangan Selasa (26/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 13,669 poin (0,37%) ke level 3.774,871. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 5,013 miliar lembar saham, senilai Rp 3,635 triliun dan frekuensi 113.741 kali.

Sebanyak 104 saham naik, 107 saham turun, dan 112 saham stagnan. Koreksi bursa diwarnai dengan aksi jual asing, yang mencatatkan nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp127 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual mencapai Rp1,111 triliun dan transaksi beli sebesar Rp983 miliar. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar