Jumat, 04 November 2011

Referendum Yunani Masih Negatif bagi Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (4/11) diprediksi melemah. Pasar masih khawatir dengan referendum Yunani.

Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi pelemahan rupiah akhir pekan ini karena pasar masih khawatir dengan rencana referendum Yunani. Menurutnya, pasar masih akan mengicar aset-aset safe haven dolar AS.

Tapi, lanjutnya, intervensi dari Bank Indonesia (BI) bisa menahan rupiah dari koreksi lebih jauh. "Karena itu, rupiah masih cenderung melemah dalam kisaran 8.900-9.050 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Di sisi lain, rupiah juga mendapat tekanan dari pertemuan European Central Bank (ECB) semalam yang juga menjadi fokus pasar hari ini. "Jika semalam ECB mau melanjutkan program pembelian aset atau berupa penurunan suku bunga, kecemasan terhadap Eropa akan memang sedikit berkurang," ujarnya.

Tapi di lain pihak, lanjutnya, ini juga justru akan memperlemah euro untuk jangka panjang. "Sebab, jika suku bunga turun, daya tarik euro juga berkurang," timpal Firman.

Selain itu, pasar juga fokus pada pertemuan G20, 3-4 November 2011. Tapi, Firman menegaskan, secara umum, pergerakan rupiah hari ini masih didominasi oleh kecemasan Eropa. "Jika semalam ECB tidak berhasil menentramkan investor, euro akan kembali melemah dan akan jadi tekanan bagi rupiah," tuturnya.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar juga harus mencermati pertemuan terakhir Parlemen Yunani yang melakukan voting mosi kepercayaan pemerintahan Yunani pada Jumat (4/11) malam. "Voting ini, untuk mengetahui apakah Parlemen Yunani masih percaya atau tidak terhadap Perdana Menteri Yunani George Papandreou," ungkapnya.

Menurut Firman, jika parleman masih percaya, kemungkinan referendum akan tetap terlaksana. Jika tidak, referendum tidak akan terjadi dan Yunani akan mengalami pemilu lebih cepat. "Pasar global, menginginkan referendum tidak lolos," paparnya.

Saat ini, lanjut Firman, probalitasnya masih 50:50 meski partai Papandreou sendiri masih cukup dominan.

Lalu, pasar juga mencermati data bulan Oktober ISM non-manufaktur (sektor jasa) AS yang dirilis semalam. Angkanya sudah diperkirakan naik jadi 53,5 dari sebelumnya 53. Data non-manufaktur ini, akan mengonfirmasi apakah kecemasan Bank Sentral AS The Fed kemarin, benar terjadi.

Kemarin, Firman menambahkan, Fed memangkas outlook pertumbuhan AS jadi 2,5%-2,9% untuk 2012 dari prediksi sebelumnya 3,3%-3,7%. Meski begitu, pelemahan rupiah akan terbatas. Sebab, pernyataan Charles L. Evans, Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago kemarin, bernada dovish (pernyataan yang stuju stimulus dengan penurunan suku bunga) sehingga bisa sedikit meredam penguatan dolar AS.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (3/11) ditutup melemah 35 poin (0,39%) ke level 8.960/8.980 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar