Rabu, 01 Juni 2011

CTRA mencari peruntungan sampai Negeri China

JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) merambah pasar luar negeri. Agenda ekspansi CTRA di luar kandang adalah mengembangkan kota mandiri yang berlokasi di Shenyang, China.

Tahap pertama proyek Shenyang akan bergulir di semester kedua tahun ini. Dalam proyek itu, CTRA menggandeng pengembang lokal, yaitu Yolo Group. Sepertiga dari nilai total investasi Shenyang, US$ 60 juta, menjadi tanggungan CTRA.

Andai proyek Shenyang sukses, imej CTRA bisa terangkat. "CTRA merupakan perusahaan pengembang properti pertama di Indonesia yang punya proyek di luar negeri," kata Natalia Sutanto, Analis Bahana Securities,
Selasa (31/5).

Namun karena porsi CTRA hanya sepertiga, Natalia belum bisa memprediksi dampak proyek Shenyang terhadap emiten itu. "Menurut aturan setempat, proyek properti rampung dahulu, sebelum kegiatan pemasaran. Jadi dampaknya baru terasa tahun depan," tambah Natalia.

Luar Jawa

Tanpa ekspansi ke luar negeri pun, perusahaan yang dikendalikan Ciputra itu mencetak hasil memuaskan. Nilai penjualan CTRA per akhir April 2011 mencapai Rp 1 triliun, dari target Rp 3 triliun setahun. "Keunggulan CTRA dibanding perusahaan sejenis adalah menguasai pasar luar Jawa," kata Natalia.

CTRA memiliki sejumlah proyek di daerah yang kaya akan komoditas seperti Balikpapan dan Banjarmasin. Jika tren harga komoditas tetap tinggi, perusahaan properti ini bakal menikmati perbaikan daya beli masyarakat.

Analis OSK Nusadana Securities Lydia Suwandi mencatat dalam risetnya, tahun lalu CTRA agresif berekspansi ke Luar Jawa untuk menjawab permintaan pasar. Ia mencatat sebagian besar proyek CTRA dikerjakan dengan skema joint operation.

CTRA akan meluncurkan proyek joint venture di 13 kota tahun ini. Satu di antaranya adalah Lot 11 di proyek Ciputra World di Jakarta. Lydia memprediksi belasan proyek baru tersebut akan menambah pemasukan CTRA hingga Rp 500 miliar.

Dalam kalkulasi Lydia, CTRA yang memiliki landbank seluas 1.500 hektare akan menikmati pendapatan Rp 1,96 triliun di tahun ini, atau tumbuh 13%-32% dari 2010. Sedangkan laba bersih diproyeksikan Rp 291 miliar.

Namun beban operasi CTRA sepanjang kuartal pertama melebihi ekspektasi JP Morgan Securities Liliana Bambang. Realisasi biaya melonjak hingga 35% year-on-year. "Keterlambatan proyek Ciputra World Jakarta bisa menjadi resiko bagi CTRA," ujar Liliana dalam risetnya. Proyeksi Liliana, pendapatan dan laba bersih CTRA sepanjang 2011 masing-masing Rp 2,06 triliun dan Rp 287 miliar.

Natalia dan Lydia sama-sama memasang rekomendasi buy untuk CTRA. Natalia memasang target harga Rp 520 yang mencerminkan rasio price to earning (PE) 2011 sebesar 18 kali. Target harga versi Lydia Rp 580 yang mencerminkan rasio PE 2011-2012 berkisar 30,2 kali-22,9 kali.

Liliana menyematkan rekomendasi overweight untuk CTRA. Dalam hitungan Liliana, harga CTRA bisa mencapai Rp 495 dengan rasio PE per akhir tahun ini 20,6 kali.

Harga saham CTRA, Selasa (31/5), melemah 1,19% menjadi Rp 415 per saham..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar