Rabu, 01 Juni 2011

Yunani Gagal Bayar, Penguatan Rupiah Terhambat

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (1/6) diprediksi menguat terbatas. Negatifnya sentimen dari China, AS dan Eropa memicu peralihan aset ke emerging market termasuk rupiah.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh market yang menanti rilis data manufaktur China pagi ini yang angkanya diperkirakan lebih rendah dari bulan sebelumnya. Kondisi itu, mengindikasikan terjadinya perlambatan ekonomi.

Menruutnya, jika data yang dirilis sesuai perkiraan, akan terjadi pelemahan dolar AS lebih lanjut. Sebab, pasar akan beralih ke emerging market di luar AS, Eropa dan China. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dan akan bergerak dalam kisaran 8.500-8.545 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Data The HSBC China Purchasing Managers Index (PMI) diperkirakan angkanya turun jadi 50,8 dari sebelumnya 51,10 yang akan dirilis pada pukul 8.00 WIB, pagi ini. Begitu juga dengan data manufaktur yang dirilis versi Mdf China Manufacturers yang angkanya diperkirakan turun jadi 52,2 dari sebelumnya 52,9.

Tapi, secara keseluruhan, rupiah cenderung flat karena kenaikannya yang terbatas. Sebab, pasar masih menunggu data kunci ekonomi AS yakni non-farm payroll yang akan dirilis Jumat (3/6).

Apalagi, Yunani memiliki potensi default (gagal bayar) lebih dini dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pasar memperkirakan, default Yunani tak terhindarkan akhir tahun ini. "Tapi ternyata diperkirakan terjadi Juli ini," timpalnya.

Kondisi itu, lanjut Christian, akan menjadi kenyataan jika Uni Eropa dan International Monetary Fund (IMF) tidak memberikan dana talangan berikutnya untuk Yunani. "Apalagi, wacana restrukturisasi utang masih jadi perdebatan. Banyak pihak yang menentang termasuk European Central Bank (ECB)," paparnya.

Di sisi lain, IMF sendiri menginginkan adanya persyaratan pengetatan anggaran. Mekanisme detilnya, di antaranya adalah revisi pajak seperti yang diinginkan Yunani sendiri supaya tidak terlalu rugi.

Menurut Christian, karena banyak mekanisme yang belum terpenuhi sehingga memicu banyak ketidakpastian. Karena itu, investor cenderung menghindari aset-aset berisiko. "Saat ini, IMF sedang mereviw progres fiskal Yunani dan Uni Eropa secara keseluruhan," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (31/5) ditutup menguat tipis 5 poin (0,05%) ke level 8.538/8.548 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar