Senin, 11 Juli 2011

IHSG Pekan Ini, Saatnya Profit Taking Parsial

Headline
INILAH.COM, Jakarta – IHSG berpotensi terus menguat ke level 4.100. Hanya saja hal itu bisa memicu kasus baru pekan ini. Sebab, bisa memicu koreksi teknis yang jauh lebih dalam. Karena itu, lebih baik profit taking parsial.

Pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan, indeks saham domestik masih dalam posisi sangat bullish (belum ada sinyal pelemahan) baik ditinjau dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Bahkan menurutnya, bisa saja, indeks pekan ini melakukan penerusan rally hingga 4.100 (extended bullish).

Hanya saja, David menggarisbawahi, jika hal itu terjadi, justru kurang baik bagi 'kesehatan dan kekuatan' tren yang dibangun selama ini untuk penguatan ke depannya. “Jadi, kemungkinan besar akan terjadi technical correction yang wajar, setelah breakout (penembusan ke atas) level psikologis 4.000 akhir pekan lalu,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (10/7).

Pada perdagangan Jumat (8/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 64,218 poin (1,63%) ke level 4.003,691, dengan intraday tertinggi di 4.005,68 dan terendah di 3.939,74.

David menegaskan, risiko yang ditawarkan market 'saat ini' sudah lebih besar daripada reward yang ada. Tapi, extended bullish trend projection pada level 4.100 masih mungkin terjadi dalam jangka pendek. “Meskipun, terlihat terlalu dipaksakan dan akan membuka risiko koreksi yang lebih besar ke depannya,” ungkap David.

Jika indeks terus naik ke level 4.100 pekan ini, dalam view jangka pendek-menengah, IHSG butuh melakukan koreksi teknis hingga level trading range-nya dalam beberapa bulan terakhir di sekitar 3.700-3.800. “Ini adalah worst case (kasus terburuk untuk skenario koreksi dalam jangka menengah,” tandasnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, belum ada hal-hal yang terlalu membahayakan bagi IHSG, kecuali (pergerakan) IHSG itu sendiri yang sudah bertengger di zona overbought terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi penggerak indeks (big caps). “Karena itu, pekan ini menjadi momentum atau ruang untuk profit taking baik bagi investor maupun pelaku pasar,” timpalnya.

Profit taking, menurutnya, dapat men-drag (menarik) IHSG ke bawah lagi. Tapi, ini hanya momentum 'ambil untung parsial' alias tidak keluar market. “Merealisasikan keuntungan, hanya untuk melakukan switching dan rebalancing portfolio dan maintain cash equities,” ungkapnya.

Menurut David, sangat bijaksana jika investor atau pelaku pasar mengurangi pembelian di tengah market yang sedang berlari mendekati ujungnya dalam waktu dekat. Sebab, kalaupun ada tenaga cadangan, proyeksi indeks hanya akan extend hingga 4.100 saja dalam waktu dekat. “Pekan ini, indeks akan bergerak dalam support 3.873-3.953, sedangkan resistance level di 4.045-4.100,” papar David.

David mengekspektasikan, rilis laporan keuangan berbagai emiten semester I/2011 akan inline dengan prediksi pasar. Artinya, tidak akan membawa sentimen yang kuat sebagai 'driver' untuk kenaikan indeks selanjutnya. Tapi, di sisi lain, kinerja emiten juga tidak akan menjadi sentimen negatif untuk market melakukan pelemahan. “Hasilnya hanyalah sentimen yang balance bagi market,” tuturnya.

Begitu juga dengan data ekonomi makro seperti inflasi dan BI rate yang tidak menggangu performa market maupun emiten. “Semua itu memang sudah terarah dan terukur besarannya,” tegasnya.

Saham-saham pilihannya adalah PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Danamon (BDMN), PT International Nickel Indonesia (INCO), PT Indo Tambang Raya (ITMG), PT Jasa Marga (JSMR), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan PT Tambang Bukit Asam (PTBA). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut,” imbuhnya.

Dihubungi terpisah, Presiden dan pendiri PT Astronacci International Gema Goeyardi mengatakan, IHSG dalam kondisi yang prima dalam dua pekan ke depan. Menurutnya, weekly momentum dalam kondisi bullish dan harga telah melampaui resistance harmonic di 3.977. “Target berikutnya adalah 4.100 di akhir Juli dimulai dari 22-27 Juli 2011,” ujarnya.

Dalam beberapa hari ke depan, lanjut Gema, jika pullback terjadi, hal ini adalah kesempatan buy on weakness pada saham-saham second liner dan blue chip yang berbasis konsumsi dan pertambangan. “Sedangkan pada saham-saham perbankan, trader jangka pendek dapat melakukan profit taking,” ucapnya.

Di atas semua itu, Gema memaparkan, kondisi makro ekonomi Indonesia yang prima didukung dengan sentimen positif market global menjelang earnings season. Semua itu, akan menjadi katalis positif mendukung bullish pada market Indonesia. “Untuk 6 (enam) bulan ke depan, IHSG berpeluang mencapai level 4.500. Sebaliknya, jika koreksi terjadi, untuk Juli ini maksimum di 3.900,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar