Senin, 11 Juli 2011

Lahan populer, harga terus naik

JAKARTA. Pertumbuhan imbal hasil saham sektor properti memang tidak sementereng sektor lain. Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 5,4% sepanjang tahun ini, sektor aneka industri sudah mencetak kenaikan 22%, industri perbankan 11,9%, dan konsumen 9,1%.

Dari catatan Mandiri Sekuritas, pertumbuhan imbal hasil sektor properti hanya 2%. Angka itu bahkan lebih rendah daripada kenaikan indeks saham sektor semen yang mencapai 4,3%.

Analis Mandiri Sekuritas, Oktavius Oky Prakarsa dalam risetnya memperkirakan, performa sektor properti akan segera naik didorong kondisi makroekonomi yang baik dan faktor pendukung lainnya.

Inflasi Juni yang masih landai 5,54% secara tahunan, mengindikasikan tingkat kenaikan harga di sisa tahun ini masih akan terkendali. Ekspektasi Oktavius, bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) hanya akan naik 25 basis poin menjadi 7% di tahun ini. "Itu akan menjadi sinyal yang baik, bunga properti kemungkinan serendah saat ini," kata dia.

Berdasarkan catatan Oktavius, bunga kepemilikan rumah (KPR) di bank masih sekitar 9,5%-12%. per tahun. Sementara, permintaan KPR per April masih meningkat 17,5% sejak awal tahun, yang menunjukkan permintaan properti masih tinggi. Dia juga tidak melihat sentimen negatif di semester II yang akan berimbas pada pergerakan saham sektor properti.

Imbas manisnya kondisi makroekonomi ini sudah terlihat dari kinclongnya catatan pertumbuhan marketing sales para pengembang properti. Lihat saja, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang sudah hampir mencapai target marketing sales 2011 sebesar Rp 1,7 triliun sepanjang tahun ini. Kini, ASRI sudah membukukan Rp 1,03 triliun.

Dalam catatan Yohan Kurniawan, Analis dari Kresna Securities, selama kuartal I-2011, penjualan ASRI meningkat mengikuti kenaikan harga tanah yang mencapai 59,3% coumpond annual growth rate (CAGR). Penyebab lain adalah laju penjualan rumah yang masih kencang, tumbuh sebesar 68,2% dibandingkan penjualan di kuartal I-2010.

Kenaikan harga lahan

Salah satu strategi perusahaan properti untuk terus diminati pasar adalah kenaikan nilai lahan yang menjanjikan. Kenaikan harga lahan di luar Jakarta tidak bisa dipandang sebelah mata.

Oktavius memilih pengembang lahan di kawasan Serpong seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sebagai top pick.

Alasan Oktavius, letak demografis Serpong yang menyatukan Jakarta Barat strategis. "Didorong tipe penduduk Serpong dengan kemampuan daya beli yang baik dan jiwa mengembangkan komersil di sana," kata dia.

Kenaikan harga lahan di kawasan Serpong memang tidak sedikit. Dalam catatan Oktavianus, average selling price atau harga rata-rata lahan di BSDE per Maret 2011 mencapai Rp 3,1 juta per meter persegi (m2), naik 15% dibanding Desember 2010. Ini merupakan kenaikan harga properti yang tercepat dalam lima tahun terakhir.

Untuk mempertahankan harga lahan, BSDE mengembangkan kawasan bisnis perkantoran. "Sektor komersil akan mempertahankan nilai lahan dan mendorong pertumbuhan residensial di sana," kata Oktavianus.

Kenaikan harga lahan PT Alam Sutera Realty (ASRI) juga terbilang cepat. Dalam catatan Yohan, harga satu unit rumah di cluster baru ASRI Sutera Sitara mencapai Rp 5 juta per m2. Nilai ini 29,3% lebih tinggi dibanding cluster Sutera Renata yang diluncurkan Juni 2010.

Wajar, perusahaan properti berlomba-lomba mengejar pertumbuhan properti di luar Jakarta. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) tidak hanya fokus terhadap pengembangan kota mandiri, kini juga mengembangkan hunian vertikal terintegrasi serta memperluas porsi pasar propertinya ke hunian vertikal menengah dikawasan Depok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar