Senin, 11 Juli 2011

Setelah IHSG Lewati 4.000, Lalu?

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Seperti yang sudah diperkirakan, indeks akhirnya mencapai batas psikologis baru. Tapi apa yang akan terjadi setelah itu?

Paraanalis dan sebagian besar kepala riset di perusahaan sekuritas, akhir pekan lalu, banyak mengumbar senyum. Itu karena tebakan mereka menjadi kenyataan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor baru. Level 4.000 tercapai setelah, pada Jumat (8/7), terjadi penguatan lebih dari 64 poin (1,63%). Sehingga di penghujung perdagangan IHSG menclok di kisaran 4.003,69.

Sebuah pencapaian yang mengundang decak kagum, sebab jika dihitung sejak akhir Juni lalu, berarti indeks naik 115 poin. Penguatan ini sejalan dengan tren yang terjadi pada sebagian bursa saham di mancanegara. Kepercayaan investor meningkat lantaran adanya kabar baik ihwal penyelesaian krisis yang terjadi di Yunani.

Selain itu, tingkat inflasi Juni yang 0,55% juga cukup melegakan. Betul, jika dibanding bulan sebelumnya (012%), terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Namun secara year on year, justru terjadi penurunan dari 5,98% ke 5,54%.

Nah, dengan tingkat inflasi seperti itu, para pelaku pasar percaya Bank Indonesia tidak akan sembarangan dalam mendongkrak tingkat bunga acuan. Kondisi di bursa semakin nyaman lantaran kondisi makro perekonomian Indonesia masih tergolong bagus. Ditambah dengan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil menguat membuat para analis menyarankan agar investor tetap berada di pasar.

Tujuannya, tentu saja, agar tidak ketinggalan menjaring gain yang muncul dari pergerakan harga saham. Sebab, seperti diungkapkan seorang analis, suasana bullish ini akan ditingkahi oleh aksi ambil untung yang membuat indeks terkoreksi. “Kalau terjadi pelemahan, jangan terlalu cemas, karena itu hanya sementara,” kata seorang kepala riset di sebuah sekuritas asing. Bahkan, ia menyarankan agar saat koreksi dijadikan sebagai waktu untuk melakukan pembelian.

Ada sejumlah saham yang, kendati telah mengalami kenaikan, masih memiliki potensi untuk menguat. Di sektor perkebunan, misalnya, PT Astra Agro Lestari (AALI) diprediksi akan mencapai target harga Rp 24.000. Sementara PT London Sumatera (UNSP), yang akhir pekan lalu menclok di level Rp 415 berpotensi merangkak ke Rp 450.

Dari sektor perbankan, PT Bank Danamon (BDMN) diperkirakan bakal menuju Rp 6.350 dan PT Bank Jabar Banten (BJBR) mengarah ke Rp1.310. “Saham Bank Jabar sangat potensial karena telah mengalami penurunan cukup dalam,” katanya.

Saham pertambangan juga mendapat rekomendasi yang kuat untuk dikoleksi. Pilihannya adalah PT Batu Bara Bukit Asam (PTBA) dengan target harga Rp22.350, PT Bumi Resources (BUMI) Rp 3.450 dan PT Timah (TINS) Rp 2.725. Nah, selamat berinvestasi. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar