Rabu, 14 September 2011

Rupiah anjlok, bank sentral intervensi pasar

Rupiah anjlok, bank sentral intervensi pasar
JAKARTA. Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menghentikan pelemahan rupiah yang hari ini mencapai 2,6%. Tekanan terhadap rupiah mencerminkan penurunan permintaan untuk investasi berisiko di saat memburuknya krisis utang Eropa.

Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono mengaku, bank sentral campur tangan dalam pasar rupiah dan obligasi. "Bank Indonesia perlu menenangkan pasar dan tidak ingin mata uang jatuh lebih jauh, katanya, hari ini.

Defisit anggaran Yunani meningkat 22% dalam delapan bulan pertama di tahun ini. Kondisi ini memperkuat spekulasi Yunani akan gagal untuk memenuhi syarat mendapatkan dana talangan berikutnya. Sementara, Asian Development Bank memangkas prediksi pertumbuhan Asia, tidak termasuk Jepang, untuk tahun ini menjadi 7,5%, dari sebelumnya 7,8%.

Analis senior valas dari Societe Generale SA Sebastien Galy menilai, tekanan tajam pada rupiah sebagai sinyal kuat yang menunjukkan pasar Asia dapat tertular krisis Eropa. Data Bloomberg menunjukkan, hingga pukul 15.34 di Jakarta, nilai tukar rupiah masih melemah 2% ke level Rp 8.883 per dollar AS.

Kemarin, Direktur riset ekonomi Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, pembuat kebijakan siap untuk menyesuaikan tingkat suku bunga. Bank sentral juga siap melonggarkan kebijakan moneter jika inflasi melambat dan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari yang diharapkan akibat perlambatan ekonomi global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar